Flexing, atau memamerkan keberhasilan, kini telah menjadi sebuah tren yang tak terelakkan dalam era media sosial. Banyak orang dewasa terlibat dalam perilaku ini untuk mendapatkan validasi dan pengakuan dari orang lain. Namun, apa dampaknya jika flexing terjadi pada anak-anak? Dalam artikel ini, kita akan membahas mengapa flexing dapat berdampak buruk pada anak-anak dan mengapa perlu dihindari.
1. Pertumbuhan Emosional yang Tidak Seimbang
Anak-anak masih dalam proses perkembangan emosional mereka. Memamerkan keberhasilan secara berlebihan dapat menciptakan tekanan yang tidak sehat pada anak-anak. Mereka mungkin merasa perlu untuk terus-menerus menunjukkan prestasi mereka untuk mendapatkan perhatian dan pujian dari orang lain, yang pada saatnya dapat menghambat perkembangan emosional yang seimbang.
2. Risiko Kesehatan Mental
Flexing dapat meningkatkan risiko masalah kesehatan mental pada anak-anak. Jika mereka terus-menerus membandingkan diri mereka dengan orang lain, hal ini dapat menyebabkan perasaan rendah diri dan juga menimbulkan kecemasan. Mereka mungkin merasa tidak cukup atau gagal jika tidak dapat mencapai tingkat keberhasilan yang mereka lihat pada media sosial.
3. Ketidakmampuan Mengatasi Kegagalan
Anak-anak yang terbiasa dengan flexing mungkin menghadapi kesulitan untuk mengatasi kegagalan. Mereka telah terbiasa dengan dunia di mana hanya keberhasilan saja yang dipamerkan, dan kegagalan justru diabaikan atau malah disembunyikan. Hal ini dapat menciptakan pola pikir yang tidak sehat di mana anak-anak merasa takut gagal dan tidak tahu bagaimana caranya mengatasi kegagalan ketika itu terjadi.
4. Pentingnya Mengajarkan Nilai-nilai Dasar
Flexing seringkali berfokus pada pencapaian materi dan kesuksesan eksternal. Ini mungkin membuat anak-anak mengabaikan nilai-nilai internal seperti kerja keras, ketekunan, dan rasa hormat terhadap orang lain. Penting untuk mengajarkan anak-anak bahwa keberhasilan sejati datang dari upaya keras dan nilai-nilai positif, bukan sekadar penampilan atau pencapaian luar.

5. Perbandingan yang Tidak Sehat
Melalui media sosial, anak-anak dapat terpapar pada kehidupan orang lain yang mungkin terlihat sempurna. Ini dapat menciptakan perasaan ketidakpuasan dengan kehidupan mereka sendiri dan mendorong mereka untuk selalu mencari lebih banyak tanpa merasakan kebahagiaan sejati dalam kehidupan.
6. Menumbuhkan Kecanduan Media Sosial
Flexing pada anak-anak juga dapat menyebabkan kecanduan media sosial. Mereka mungkin terus-menerus mencari validasi dan pengakuan melalui platform media sosial, menghabiskan waktu yang berlebihan di dunia maya daripada menghabiskan waktu dengan kegiatan nyata yang mendukung perkembangan mereka.
7. Peran Orang Tua dalam Mengendalikan Flexing
Orang tua memegang peranan yang sangat penting dalam mengendalikan perilaku flexing pada anak-anak. Mereka perlu memberikan dorongan yang sehat dan memotivasi anak-anak mereka untuk meraih tujuan mereka tanpa perlu memamerkan keberhasilan secara berlebihan. Selain itu, orang tua juga perlu memberikan pemahaman bahwa kegagalan adalah bagian alami dari pertumbuhan dan kesuksesan.
Kesimpulan
Flexing pada anak-anak dapat memiliki dampak yang signifikan pada pertumbuhan dan perkembangan mereka. Oleh karena itu, penting bagi para orang tua dan pendidik untuk memahami konsekuensi dari perilaku ini dan bekerja sama untuk menciptakan lingkungan yang mendukung perkembangan positif. Memberikan pendidikan yang seimbang, mempromosikan nilai-nilai internal, dan memberikan dukungan emosional akan membantu anak-anak mengatasi tekanan sosial dan mengembangkan kesejahteraan mereka secara keseluruhan.
Jika Anda adalah orang tua yang sedang menghadapi tantangan serupa atau ingin mencari tindakan preventif untuk menuntun anak Anda mengenai hal ini, janganlah ragu untuk menghubungi seorang psikolog atau konselor yang berpengalaman untuk membantu dengan kerahasiaan yang terjamin.
Image Source :
Image by stockking on Freepik
Image by master1305 on Freepik