Menurut Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), pada tahun 2021 mereka menerima laporan 2.982 kasus bullying pada anak. Sebanyak 1.138 kasus diantaranya dilaporkan sebagai kasus kekerasan psikis atau fisik. Bullying telah menjadi sebuah masalah yang serius. Tindakan bullyling atau perundungan dapat terjadi di seluruh lapisan masyarakat, serta tidak mengenal latar belakang ekonomi serta usia. Oleh sebab itu kita perlu bersikap aktif apabila kita menyaksikan tindakan bullying. Sebab dampak dari bullying sangatlah besar.
Oleh sebab itu sangatlah penting untuk melindungi anak-anak kita dari melakukan atau menjadi korban bullying. Bullying sangatlah sering terjadi di lingkungan sekolah. Mari kita meneliti lebih jauh apa yang menjadi penyebab bullying di lingkungan sekolah, agar kita dapat melindungi generasi muda kita serta memberikan mereka lingkungan yang baik, aman dan ideal untuk bertumbuh sebagai seorang individu.
Apa Saja Dampak Berbahaya dari Bullying?
Korban bullying seringkali mengalami depresi, gangguan kecemasan, merasa sedih dan kesepian, juga mengalami gangguan pada pola makan dan tidur. Selain itu korban bullying juga sering mengalami penurunan ketertarikan pada kegiatan yang biasa disenangi, mengalami gangguan kesehatan, hingga gangguan pada prestasi akademis. Para pelaku bullying juga tidak jarang yang pada akhirnya mengarah pada kriminalitas. Pada kasus-kasus paling ekstrim, bullying dapat berakhir dengan kematian korban, baik pada saat terjadinya perundungan atau karena memilih mengakhiri hidupnya sendiri.
Berbagai Alasan yang Dapat Menyebabkan Seorang Anak Melakukan Bullying
Seorang anak yang melakukan tindakan intimidasi mungkin memiliki motif atau alasan. Penyebab-penyebabnya dapat meliputi :
- Memiliki masalah di rumah.
Anak yang sering menyaksikan pertengkaran kedua orang tuanya di rumah memiliki resiko untuk menjadi seorang pelaku bullying. Anak secara tidak sadar menyalurkan rasa frustrasinya dengan melakukan bullying. Anak juga kemungkinan juga kurang menerima kasih sayang dan perhatian karena orang tua yang sibuk atau tidak memiliki waktu untuk merawat anak-anak serta memberikan perhatian secara emosional. Salah satu penyebab anak-anak sering terlibat masalah di sekolah atau melakukan tindakan-tindakan yang agresif juga agar mereka mendapatkan perhatian dari orang di sekitarnya atau orang tuanya.
- Alasan kesenangan,
Anak pelaku bullying yang kurang mendapatkan perhatian dan pengawasan orang tua juga dapat bertumbuh menjadi seorang anak yang kurang memiliki rasa empati. Sehingga anak tersebut tidak dapat berpikir dari sudut pandang orang lain serta tidak dapat menempatkan diri di posisi orang lain. Seorang anak yang tidak memiliki rasa empati tidak memiliki rasa kuatir atau tidak merasa buruk saat ia telah menyakiti orang lain.
Selain itu, karakter orang tua yang cenderung permisif atau mendidik tanpa larangan tegas membuat anak juga memiliki kecenderungan bersikap seenaknya terhadap orang lain. Ketika melakukan tindakan bullying, pelaku juga dapat mendapatkan rasa puas dari sikap rendah diri dan rasa takut dari korban.
Incaran pelaku bullying seperti mengejek bentuk fisik, ras, agama dan lain sebagainya juga memberikan pelaku rasa senang karena melihat korban merasa tidak berdaya.
- Ingin meraih popularitas.
Terkadang juga bullying yang terjadi di sekolah terjadi karena pelaku ingin dianggap berkuasa, disegani dan keren oleh teman-teman sebayanya. Mereka melakukan tindakan bullying agar mendapatkan status sosial di antara teman-teman sebaya dan dianggap populer. Anak-anak ini cenderung menindas anak-anak yang terlihat tidak berdaya atau dianggap aneh dengan cara menyakiti korban lewat kata-kata seperti ejekan atau bahkan tindakan fisik.
- Ajang balas dendam.
Tidak jarang anak-anak yang menjadi korban bullying juga melakukan bullying sebagai pelampiasan untuk tindakan yang mereka terima. Targetnya adalah orang-orang lain yang mereka anggap lebih lemah dari mereka. Seorang anak yang melakukan bullying sebagai ajang balas dendam menganggap tindakan ini wajar, karena mereka juga merasa pernah diintimidasi. Setelah melakukannya pada anak lain, mereka merasakan sebuah perasaan lega dan puas. Meskipun pada umumnya targetnya bukanlah pelaku yang melakukan intimidasi pada mereka, tidak menutup kemungkinan korban melakukan balas dendam kepada orang yang telah mengintimidasi mereka.
- Ingin mendapatkan kekuasaan.
Seorang anak yang melakukan bullying melakukan hal tersebut mungkin dikarenakan ingin tampak dominan, menonjol dan berkuasa di lingkungan sekolahnya. Hal ini dapat dipicu dari perasaan bahwa dia tidak memiliki kontribusi positif dalam hidupnya, dan berusaha mendapatkan hal tersebut dengan cara yang salah.
Salah satu hal lain yang kami perhatikan dari klien-klien dan kasus-kasus yang kami tangani, alasan seorang anak melakukan bullying juga dapat diteliti dari gender. Alasan utama seorang anak perempuan melakukan bullying seringkali karena dipicu oleh iri hati, dan pada anak laki-laki alasan melakukan bullying cenderung untuk bersenang-senang saja atau just for fun.
Apa yang Orang Tua Dapat Lakukan Untuk Mengembangkan Perasaan Empati di Dalam Diri Anak?
Pola asuh anak yang tepat dapat membentuk kepribadian yang baik dalam diri anak. Hal ini juga berlaku sebaliknya. Orang tua dapat menanamkan rasa simpati dan empati kepada anak dengan memberikan kasih sayang dan perhatian pada anak.
Jika Anda adalah seorang guru atau orang tua dan merasa kewalahan dalam mengatasi tindakan bullying yang terjadi pada anak Anda atau di antara siswa didik Anda, janganlah ragu untuk menghubungi seorang psikolog atau konselor yang berpengalaman untuk membantu Anda dan juga kolega-kolega Anda maupun siswa Anda dan keluarganya dengan kerahasiaan yang terjamin.
Image Source :
Image by master1305 on Freepik
Image by gpointstudio on Freepik