Tema bullying atau perundungan memang menjadi topik yang tidak akan pernah habisnya. Dengan banyaknya kasus bullying yang mencuat melalui media sosial, tentunya membuat publik terhenyak. Faktanya, kasus perundungan baik di sekolah maupun di tempat kerja bukan merupakan hal yang langka. Bullying tentunya memberikan dampak negatif untuk korban maupun pelaku. Sebenarnya, apa itu bullying dan bagaimana cara mengatasinya? Berikut ulasan lengkap seputar bullying berdasarkan pendapat dari psikolog Hanlie Muliani M. Psi.
Tentang Bullying
Menurut Hanlie Muliani M. Psi, bullying adalah tindakan represif dan intimidasi yang dilakukan oleh satu orang atau satu kelompok terhadap individu tertentu. Tindakan bullying tersebut tentu saja tidak terjadi sekali atau dua kali saja. Melainkan, hal tersebut dilakukan secara berkali-kali dan setiap hari. Pelaku bullying biasanya merupakan individu atau kelompok yang lebih kuat dibandingkan target. Ditambah lagi, dengan adanya bystander effect yang dilakukan teman-teman lainnya yang membuat tindakan bullying semakin parah.
Hanlie melanjutkan bahwa motif dari seorang anak yang melakukan bullying bisa bermacam-macam. Anak laki-laki misalnya, menindas salah seorang temannya dengan anggapan bahwa mereka sedang bercanda. Sedangkan, anak perempuan umumnya menindas teman sekelasnya karena faktor kecemburuan. Target bullying pada anak laki-laki bisa jadi seorang anak yang pintar di akademik, patuh, rajin, berprestasi, tidak jago olahraga atau memiliki minat yang dianggap “kurang laki-laki”, anak dengan difabel, maupun memiliki penampilan fisik yang menarik atau dianggap berbeda misal memiliki tanda lahir di muka, badannya sangat gemuk atau sangat kurus, kulitnya sangat hitam atau sangat putih. Sedangkan target bullying pada anak perempuan seringkali adalah anak-anak yang dianggap cantik dan menarik secara fisik, memiliki banyak talenta, populer, berprestasi, memiliki kepribadian yang baik, kaya atau sebaliknya.
Ironisnya, pelaku bullying tidak hanya terbatas pada teman-teman sekelas atau kolega kerja seangkatan saja. Faktanya, bullying juga bisa dilakukan oleh orangtua ke anak, guru ke anak, kakak ke adik atau sebaliknya, atau bahkan siswa ke guru. Dalam skala kebangsaan, bisa ditemukan tindakan penindasan yang dilakukan oleh golongan mayoritas terhadap kelompok minoritas. Ini membuktikan bahwa bullying bisa terjadi pada siapapun tanpa memandang usia.
Jenis-jenis Bullying
Tindakan bullying umumnya terbagi menjadi 4 jenis, yaitu:
- Verbal Bullying
Sesuai namanya, verbal bullying merupakan jenis penindasan dalam bentuk kekerasan verbal. Pelaku biasanya mengolok-olok korban, baik dalam bentuk fisik maupun karakteristik korban lainnya. Pelaku biasanya memberikan nama julukan yang biasanya berhubungan dengan kondisi fisik atau kondisi psikologi anak. Dalam skala yang lebih parah, kekerasan verbal juga bisa dalam bentuk fitnah, gosip, kritikan tajam, dan lain sebagainya.
- Physical Bullying
Physical bullying merupakan jenis bullying yang melibatkan kekerasan fisik. Pelaku biasanya menarget korban yang lemah atau terbelakang dalam hal fisik. Kekerasan fisik yang dilakukan meliputi: menendang, memukul, meludahi, menarik rambut dengan kasar, dan lain sebagainya. Selain kekerasan fisik pada korban, pelaku physical bullying juga umumnya melakukan perusakan barang-barang yang dimiliki oleh korban. Misalnya, dengan mencoret-coret bangku, dan lain sebagainya.
- Social Bullying
Jenis bullying ini biasanya dilakukan oleh kelompok perempuan. Bentuk dari social bullying ini biasanya berupa bentuk tindakan pengucilan. Target bullying biasanya tidak disertakan di dalam circle pergaulan pelaku. Tak jarang, target juga menerima gesture yang membuatnya tidak nyaman dari para pelaku. Misalnya, senyum mengejek, tatapan sinis, dan lain sebagainya. Pelaku social bullying juga biasanya mengajak orang lain untuk tidak menyukai target.
- Cyber Bullying
Berbeda dari ketiga jenis bullying sebelumnya, cyber bullying bersumber dari dunia maya. Pelaku cyber bullying menggunakan media sosial untuk menjatuhkan reputasi korbannya. Pelaku bisa saja mengolok-olok atau menyebarkan foto memalukan dari korban.
Korban juga tak jarang menerima gosip yang tak benar mengenai dirinya yang tersebar luas di internet. Selain memanfaatkan kekuatan media sosial, pelaku juga bisa mengirimkan teror pesan pribadi melalui telepon, SMS, email, atau melalui pesan pribadi di media sosial korban. Korban juga bisa jadi dikucilkan di platform pertemanan online.
![](https://soa-edu.com/wp-content/uploads/kenali-apa-itu-bullying-jenis-dampak-cara-mengatasinya-1.jpg)
Apa Saja Karakteristik Bullying?
Bagaimana cara membedakan antara bullying dengan konflik biasa antara anak-anak? Hanlie menyatakan bahwa ada 4 karakteristik dari kasus bullying. Mengetahui karakteristik tersebut akan sangat membantu orangtua dan guru untuk segera melakukan intervensi. Karakteristik dari bullying yaitu:
- Pelaku menunjukkan tindakan agresif. Contohnya seperti tindakan mengejek kondisi fisik atau mental korban. Memberikan julukan yang menyakitkan hati atau meledek nama anak dan orangtuanya juga menjadi ciri-ciri utama bullying
- Adanya kekuatan yang tidak seimbang. Pelaku bullying sudah pasti memiliki (atau paling tidak menganggap ia memiliki) kekuatan terhadap korbannya. Dalam hal ini, misalnya pelaku berjumlah kelompok dan menekan individu. Atau, senior yang melakukan tindakan agresi kepada juniornya. Bisa juga orangtua atau guru yang melakukan tindak penindasan terhadap anaknya
- Adanya kepuasan yang dirasakan setelah menindas korban. Setelah melakukan tindakan penindasan, pelaku justru dipenuhi dengan rasa puas. Ia merasa puas sudah membuat korbannya menderita atau malu
- Adanya repetisi. Tindakan penindasan ini dilakukan secara berulang-ulang, dilakukan oleh pelaku yang sama pada korban yang sama.
Dampak Bullying terhadap Korban
Apabila dibiarkan saja, tentunya korban akan terkena dampak dari bullying tersebut. Dampak bullying tersebut bahkan bisa berlaku hingga lifetime atau seumur hidup. Terutama, jika tidak ada intervensi dari pihak orang-orang terdekat. Berikut adalah sejumlah dampak yang dirasakan oleh korban bullying:
- Rasa kepercayaan diri (self-esteem) yang rendah
- Korban memiliki sudut pandang yang buruk mengenai dirinya
- Social withdrawal, atau korban cenderung menarik diri dari interaksi sosial
- Kesulitan berkonsentrasi di sekolah
- Mengalami ketakutan atau menghindari pergi ke sekolah (membolos)
- Korban menjadi depresi
- Kecenderungan untuk mengakhiri hidup
Cara Mengatasi Bullying
Mengingat dampak bullying yang sangat fatal, tentunya orangtua dan guru wajib mengambil andil. Menangkap basah pelaku bullying yang tengah beraksi memang cukup sulit. Akan tetapi, paling tidak Anda bisa mengajarkan anak-anak untuk tidak melakukan tindakan bullying terhadap teman sekolah maupun terhadap siapapun. Berikut caranya:
- Mengajarkan Empati
Dalam bukunya yang berjudul “Why Children Bully”, Hanlie menekankan pentingnya menanamkan empati pada anak-anak sejak dini. Ajarkan bahwa tidak semua orang menyukai julukan yang diberikan anaknya. Tekankan bahwa anak Anda juga pastinya juga tidak akan menyukainya jika hal yang sama menimpa mereka. Dengan mengajarkan empati, maka anak akan belajar menempatkan dirinya di posisi orang lain. Ia juga akan belajar untuk memperlakukan orang lain sebagaimana orang lain ingin diperlakukan.
- Mengubah Pemikiran yang Disfungsional
Anda akan dibuat terkejut bahwa banyak pelaku bullying menganggap bahwa ia sebenarnya sedang bercanda. Atau, sedang bersenang-senang bersama teman-temannya. Definisi bersenang-senang di atas penderitaan orang lain sudah pasti merupakan pemikiran yang disfungsional. Di situlah, Anda perlu membantu mengubah definisi dari kata “having fun”.
Yaitu, definisi dari “bersenang-senang” hanya ada jika semua pihak yang terlibat di dalamnya merasa senang. Jika ada satu orang yang tidak merasa senang atau tersakiti akibat tindakan tersebut, maka hal tersebut bukan sesuatu yang menyenangkan.
- Mengajak Bystanders untuk Melawan Pelaku Bullying
Pihak yang sering terlupakan dalam tindakan bullying adalah bystanders. Golongan ini seringkali mengetahui bahwa ada pihak yang mengalami perundungan. Namun, mereka memutuskan untuk diam saja karena takut akan menjadi target selanjutnya. Padahal, jika masing-masing dari mereka bersuara menentang pelaku bullying, tentunya tindakan penindasan tersebut bisa dihentikan. Pelaku bullying pun sudah pasti akan menjadi tidak berdaya.
- Mendampingi Korban dan Membantunya untuk Membentengi Diri Sendiri
Korban bullying kebanyakan menganggap bahwa ialah yang menyebabkan dirinya ditindas. Padahal, masalah sepenuhnya ada di pihak pelaku bullying. Jika Anda mendapati anak yang mengalami bullying, berikan pendampingan yang dibutuhkan. Sampaikan bahwa tidak ada yang salah darinya. Melainkan, pelakulah yang sebenarnya memiliki masalah dan memutuskan untuk menumpahkannya pada korban.
Demikianlah ulasan mengenai serba-serbi bullying dengan narasumber Hanlie Muliani M. Psi. Anda bisa mengetahui lebih detail tentang bullying beserta alasan pelaku melakukan penindasan dengan membaca buku “Why Children Bully”. Buku ini bisa Anda beli di toko buku Gramedia terdekat. Selain itu, bagi Anda yang membutuhkan konsultasi juga bisa langsung menghubungi nomor Whatsapp yang tertera di situs resmi SOA Edu. Semoga informasi ini bermanfaat.
Image Source :
Kids classroom photo created by gpointstudio – www.freepik.com
School bullying photo created by master1305 – www.freepik.com