Setiap orangtua tentunya menginginkan anaknya tumbuh menjadi seseorang yang penurut dan berkelakuan baik. Sehingga, tak heran jika Anda jadi merasa frustrasi saat si kecil justru bertingkah nakal dan sulit diatur. Dalam kondisi seperti ini, orangtua tak jarang akan memarahi si kecil. Bahkan, tak jarang mereka akan dilabeli sebagai anak nakal.
Namun, memarahi dan melabeli si kecil tidak akan menyelesaikan masalah. Hal tersebut justru dapat mengakibatkan hubungan Anda dan anak jadi merenggang. Yuk, kenali penyebab dan solusi anak yang nakal dan sulit diatur.
Perkembangan Psikologi Anak
Seorang anak yang sulit diatur bisa jadi sebenarnya sedang mengalami pertumbuhan psikologis. Ya, di usianya yang sangat muda, anak tidak hanya mengalami perkembangan fisik. Kondisi kejiwaan atau psikologisnya juga ikut berkembang. Orangtua sering salah kaprah dan menganggap anak adalah perpanjangan dirinya. Padahal, mereka memiliki pemikiran yang berbeda dibandingkan orangtuanya. Sehingga, sangatlah penting untuk memahami terlebih dahulu mengenai tahapan psikologi anak berikut.
- Bayi Usia 0 – 2 Tahun
Di rentang usia ini, anak Anda baru saja lahir. Tahapan ini bisa dibilang sangat berat. Karena, masing-masing bayi memiliki pola kebutuhan menyusui hingga pola tidur yang berbeda-beda. Anda selaku orangtua harus melakukan penyesuaian mengikuti kebiasaan si kecil.
- Batita Usia 18 Bulan -3 tahun
Di usia ini, anak Anda semakin cepat dalam mempelajari banyak hal. Ia juga memiliki ketertarikan yang tinggi terhadap hal-hal tertentu. Di situlah, ia belajar mengucapkan kata “tidak” untuk menolak hal-hal yang tidak ia sukai. Di tahap ini, si kecil juga masih berusaha mengenali dan meregulasi emosinya.
Peranan orangtua untuk mengajarkannya cara meregulasi emosi sangatlah penting. Misalnya, menghargai kata “tidak” darinya. Namun, si kecil juga harus bisa menerima dan menghargai kata “tidak” dari orang lain.
- Usia Prasekolah (3 – 6 tahun)
Di usia ini, lingkup sosial si kecil menjadi semakin luas. Ia tidak hanya belajar bersosialisasi dengan guru dan teman-teman sebayanya. Si kecil juga mulai mempelajari tentang cara berkompetisi dengan teman-temannya. Sebagai orangtua, Anda perlu memberikan pemahaman mengenai cara bersaing yang sehat, juga bagaimana cara bekerjasama yang baik dengan teman-temannya. Anda juga sepatutnya memberikan dukungan dan apresiasi untuk memotivasi si kecil.
- Usia Sekolah (6 – 12 tahun)
Memasuki usia sekolah, tantangan akademik yang dihadapi si kecil akan menjadi semakin besar. Ia juga akan bertemu dengan semakin banyak orang yang memiliki karakter yang berbeda-beda. Tuntutan pembelajaran yang semakin sulit tak jarang membuat anak semakin frustrasi.
Rasa frustrasi yang tak tersalurkan dengan baik bisa mengakibatkannya menjadi lebih mudah emosi dan bahkan berperilaku kurang baik. Kawal kondisi psikologis si kecil dengan rasa empati dan memberikan dukungan. Jadilah pendengar yang baik untuk anak. Dengan demikian, ia bisa menjadi lebih nyaman mencurahkan perasaan atau masalah yang ia hadapi saat di luar sekolah.
Penyebab Anak Nakal dan Susah Diatur
Selain faktor psikologis, perilaku anak yang nakal juga bisa disebabkan oleh hal berikut:
- Anak berusaha mencuri perhatian orangtua. Uang dan mainan saja tidak cukup untuk menggantikan kehadiran Anda. Sepulang dari kantor, selalu luangkan waktu untuk berinteraksi dengan si kecil. Pastikan Anda benar-benar ada untuknya. Jauhkan diri dari gadget selama si kecil bermain atau mengobrol dengan Anda
- Pola asuh yang kurang tepat juga bisa jadi penyebab anak berkelakuan nakal dan sulit diatur. Anak yang dibesarkan dengan pola asuh otoriter, misalnya. Bisa jadi bertindak nakal dan membangkang karena merasa terkekang. Begitupula, bagi anak dengan orangtua yang terlalu overprotektif. Kenakalan anak juga bisa menjadi buah akibat perilaku kekerasan yang terjadi di dalam rumah.
- Keingintahuan anak yang tinggi. Sifat dasar anak adalah rasa ingin tahu yang sangat besar. Hal tersebut sangatlah wajar dan baik untuk perkembangannya. Namun, rasa keingintahuannya bisa jadi berdampak negatif pada lingkungan sekitarnya. Anda harus proaktif dalam membantunya membedakan cara yang benar atau yang salah.
- Anak mencontoh perilaku orang-orang terdekat. Ia bisa jadi sulit diatur dan nakal karena mencontoh perilaku orangtuanya. Atau, bisa juga ia menjadi nakal setelah menonton tayangan di televisi.
Trigger Anak Nakal dan Sulit Diatur
Penyebab lainnya dari perilaku anak yang menyimpang juga bisa dilihat dari triggernya. Trigger merupakan pemicu yang dapat mengakibatkan anak mengalami perubahan perilaku (nakal atau membangkang). Faktor trigger ini sangat bervariasi dan berbeda untuk masing-masing anak. Berikut adalah beberapa di antaranya:
- Perubahan mendadak di rumah yang membuat si kecil merasa terancam. Misalnya, kelahiran saudaranya
- Trauma akibat perundungan (bullying)
- Paparan stimulasi yang berlebihan (interaksi dengan gadget yang berlebihan, misalnya)
- Rasa frustrasi saat belajar hal baru
- Rasa lapar dan haus
- Minimnya kegiatan outdoor
- Interaksi dengan orang atau hal yang tidak ia sukai.
Solusi Menghadapi Anak yang Nakal dan Sulit Diatur

Tergantung dari penyebab dan triggernya, solusi menghadapi perilaku anak yang tidak menyenangkan bisa berbeda-beda. Berikut adalah beberapa solusi dalam menghadapi anak yang nakal serta sulit diatur:
- Berikan contoh perilaku yang benar di depan anak
Jika ingin si kecil disiplin, maka Anda juga harus konsisten dalam mempraktekkan hidup yang disiplin. Anak adalah peniru ulung. Ia akan meniru perilaku atau kebiasaan orang-orang terdekatnya. Dalam hal ini, tentu saja adalah Anda dan pasangan
- Jangan mengekang, namun berikan batasan
Anak dengan segala rasa keingintahuannya akan selalu penasaran dengan hal-hal baru. Ia juga sedang asyik-asyiknya mengeksplorasi hal-hal baru yang disukai. Dengan mengekangnya, Anda tidak memberikan ruang bagi anak untuk belajar. Cepat atau lambat, ia akan memberontak terhadap peraturan yang ada.
Arahkanlah rasa keingintahuan dan hobi anak agar tidak sampai merugikan dirinya maupun orang lain. Berikan ia kebebasan. Namun, jangan lupa untuk menerapkan batasan-batasan. Misalnya, perbolehkan ia bermain game favoritnya. Namun, hanya jika ia sudah menyelesaikan tugas sekolah atau saat akhir pekan dan juga diberikan batasan durasi waktu pada anak untuk bermain game tersebut.
- Berikan konsekuensi yang tegas
Misalnya, jika ia tidak segera membereskan mainannya sendiri, maka ia tidak bisa memainkannya lagi selama seharian penuh. Tetaplah tegas pada peraturan yang sudah Anda buat. Namun, jangan mengambil hal yang menjadi kebutuhan pokok anak. Salah satu contoh yang tidak boleh dilakukan adalah: tidak memberikan si kecil makan siang atau makan malam
- Dengarkan anak
Mendisiplinkan anak bukan berarti Anda harus mendidiknya dengan tangan besi. Di balik kenakalannya, tentunya ada hal yang ingin ia sampaikan pada Anda. Oleh karena itu, jangan terburu-buru menerapkan hukuman.
Jadilah pendengar yang baik untuk anak. Bisa jadi, ia menjadi nakal karena merasa tersaingi dengan adik barunya. Atau, ia mengalami kesulitan dalam menyampaikan keluhan di dalam otaknya. Dengan berkomunikasi, Anda tidak hanya bisa meemutus rantai kenakalan anak. Hubungan Anda dan si kecil pun akan menjadi lebih kuat.
Dalam kasus tertentu, bimbingan konseling anak bisa jadi dibutuhkan. Konselor anak yang berpengalaman akan membantu memperlancar komunikasi antara Anda dan si kecil. Konselor juga akan membantu menggali penyebab di balik kenakalan anak sekaligus menawarkan solusi terbaik.
Image Sources:
Child psychology photo created by prostooleh – www.freepik.com
Child psychology photo created by prostooleh – www.freepik.com
Terimakasih ilmunya sangat bermanfaat utuk kita para orang tua
Halo, terimakasih kembali. Terus pantau website SOA untuk artikel menarik lainnya.