Sebagai orang tua, pasti pernah mengalami momen ketika anak mulai menawar dan bernegosiasi tentang segala hal—mulai dari jam tidur, waktu bermain gadget, hingga urusan makanan. Misalnya, anak berkata, “Boleh main game 10 menit lagi ya?” atau “Kalau aku beresin mainan, boleh nonton TV lebih lama nggak?”
Anak-anak yang suka menawar bukan berarti mereka nakal atau susah diatur. Sebenarnya, ini adalah tanda bahwa anak memiliki kemampuan berpikir kritis, memahami konsep tawar-menawar, dan ingin memiliki kendali atas keputusan mereka. Namun, jika tidak ditangani dengan bijak, kebiasaan ini bisa berubah menjadi tantangan yang sulit dikendalikan.
Lalu, bagaimana cara menghadapi anak yang suka menawar dan bernegosiasi agar tetap ada batasan yang jelas? Yuk, simak tips berikut!
1. Pahami Alasan Anak Suka Menawar
Sebelum langsung menolak atau kesal dengan kebiasaan anak yang selalu ingin menawar, coba pahami alasan di baliknya. Ada beberapa penyebab umum kenapa anak suka bernegosiasi:
- Ingin mendapatkan lebih banyak kebebasan dan kontrol atas keputusan mereka.
- Meniru orang tua atau orang di sekitar yang sering bernegosiasi.
- Menganggap menawar adalah bagian dari permainan atau tantangan.
- Ingin menghindari batasan atau aturan yang terasa kurang menyenangkan bagi mereka.
Menawar dan negosiasi sebenarnya bukan hal buruk. Anak yang memiliki kemampuan ini bisa tumbuh menjadi individu yang pandai berbicara dan berpikir logis. Namun, tetap perlu ada batasan yang jelas agar mereka tidak selalu menuntut lebih.
2. Tetapkan Aturan yang Jelas dan Konsisten
Jika anak sering menawar, salah satu cara mengatasinya adalah dengan menetapkan aturan yang tegas dan tidak bisa dinegosiasi. Misalnya:
Jika aturan “tidak ada gadget setelah jam 8 malam” sudah ditetapkan, maka tidak perlu ada negosiasi tambahan.
Sebaliknya, jika aturan masih bisa fleksibel, tentukan batasannya, misalnya: “Kamu boleh bermain gadget lebih lama hanya di akhir pekan, bukan setiap hari.”
Semakin konsisten aturan yang diterapkan, semakin kecil kemungkinan anak terus-menerus menawar.
3. Ajarkan Perbedaan antara Negosiasi dan Manipulasi
Ada perbedaan besar antara negosiasi yang sehat dan manipulasi.
Negosiasi sehat:
- Anak mengajukan argumen dengan jelas dan masuk akal.
- Mereka memahami bahwa negosiasi adalah tentang mencari solusi yang adil, bukan hanya mendapatkan apa yang mereka inginkan.
Manipulasi:
- Anak menggunakan rengekan, tangisan, atau ancaman untuk mendapatkan sesuatu.
- Mereka mencoba membuat orang tua merasa bersalah agar keinginannya dikabulkan.
Jika anak mulai menggunakan cara-cara manipulatif, tetaplah tenang dan jangan menyerah. Ajarkan bahwa negosiasi hanya bisa dilakukan dengan cara yang baik dan logis.

4. Gunakan Teknik “Tawar-Menawar dengan Pilihan”
Salah satu cara efektif menghadapi anak yang suka menawar adalah dengan memberikan pilihan terbatas.
Misalnya, jika anak menawar untuk tidur lebih larut, Anda bisa berkata:
“Kamu bisa tidur sekarang atau 15 menit lagi, tapi besok harus bangun lebih pagi. Mana yang kamu pilih?”
Dengan cara ini, anak masih merasa memiliki kendali atas keputusan mereka, tetapi tetap dalam batasan yang sudah ditentukan orang tua.
5. Berikan Konsekuensi yang Konsisten
Jika anak terus menawar atau mencoba melanggar aturan yang sudah ditetapkan, maka penting untuk memberikan konsekuensi yang logis dan konsisten.
Contoh:
- Jika anak tetap bermain gadget melebihi batas waktu yang disepakati, maka besok mereka tidak boleh bermain sama sekali.
- Jika anak menawar untuk tidak membereskan mainan, maka mereka tidak bisa bermain lagi sampai mainan dirapikan.
Konsekuensi ini harus diterapkan dengan tegas tetapi tetap adil agar anak memahami bahwa ada akibat dari setiap keputusan yang mereka buat.
6. Ajarkan Anak Kapan Waktu yang Tepat untuk Bernegosiasi
Tidak semua aturan bisa dinegosiasi, tetapi ada beberapa situasi di mana anak bisa belajar untuk mengajukan pendapatnya.
Misalnya, jika anak ingin mengubah waktu bermain karena ada kegiatan lain, mereka bisa diajarkan untuk mengajukan alasan yang masuk akal.
Ajarkan anak cara menyampaikan keinginan mereka dengan baik, misalnya:
“Mama, aku sudah menyelesaikan PR lebih cepat hari ini, bolehkah aku main 15 menit lebih lama?”
Jika alasannya masuk akal dan bisa dipertimbangkan, maka Anda bisa memberikan fleksibilitas sebagai bentuk apresiasi terhadap cara mereka mengajukan permintaan dengan baik.
7. Tetap Tenang dan Jangan Terbawa Emosi
Terkadang, anak akan mencoba menawar dengan nada yang menuntut atau bahkan merengek. Dalam situasi ini, penting untuk tetap tenang dan tidak terpancing emosi.
- Gunakan nada suara yang santai tetapi tegas.
- Jangan langsung mengatakan “tidak” dengan kasar, tetapi beri penjelasan yang logis.
- Jika anak terus mendesak, ulangi aturan tanpa perlu berdebat panjang.
Misalnya:
Contoh kurang baik : “Jangan banyak protes! Pokoknya nggak boleh!”
Contoh yang lebih baik : “Mama sudah bilang, waktu bermain gadget hanya sampai jam 8 malam. Kalau kamu terus menawar, besok kamu tidak boleh bermain sama sekali.”
Semakin tenang dan konsisten respons Anda, semakin cepat anak akan belajar bahwa tidak semua hal bisa dinegosiasi.
Kesimpulan: Negosiasi Itu Bagus, Tapi Harus Ada Batasannya
Anak yang suka menawar dan bernegosiasi bukanlah anak yang sulit diatur—justru ini menunjukkan bahwa mereka memiliki pemikiran kritis dan keinginan untuk memahami aturan.
Namun, sebagai orang tua, kita tetap harus menetapkan batasan yang jelas agar anak tidak terbiasa berpikir bahwa semua hal bisa ditawar.
Dengan pendekatan yang tepat, anak bisa belajar bahwa negosiasi bukan tentang mendapatkan apa yang mereka inginkan, tetapi tentang mencari solusi yang adil dan bisa diterima oleh semua pihak.
Jadi, lain kali ketika anak mulai menawar, jangan langsung kesal! Gunakan kesempatan ini untuk mengajarkan mereka keterampilan berpikir yang lebih bijak dan bertanggung jawab.
Jika Anda membutuhkan arahan untuk membimbing anak-anak Anda, Anda dapat berkonsultasi dengan seorang psikolog atau konselor profesional untuk mendapatkan dukungan dan panduan lebih lanjut. Seorang konselor yang berpengalaman dapat membantu Anda dan anak Anda dengan sesi konseling dan kerahasiaan yang terjamin.
Image Source :