Ternyata Ini Rahasia Agar Anak Lebih Cermat dalam Berteman

Dalam dunia anak-anak yang penuh warna, pertemanan menjadi salah satu hal paling berpengaruh dalam tumbuh kembang mereka. Teman bisa jadi sumber tawa, tempat curhat, hingga penentu arah perilaku anak ke depan. Namun, tidak semua teman membawa pengaruh positif. Di sinilah pentingnya membekali anak dengan kemampuan untuk lebih cermat dalam memilih dan menjaga pertemanan.

Sayangnya, banyak orang tua baru menyadari pentingnya hal ini setelah anak terlanjur terjebak dalam lingkungan yang kurang sehat. Anak menjadi mudah terbawa arus, susah berkata “tidak,” atau bahkan kehilangan jati dirinya karena terlalu ingin diterima oleh kelompok tertentu. Padahal, membangun kecermatan dalam berteman bisa dilatih sejak dini.

Mari kita bahas rahasianya.

1. Ajarkan Nilai Diri Sejak Dini

Anak yang tahu dirinya berharga dan punya nilai, cenderung tidak asal menerima perlakuan buruk dari orang lain.

Sebaliknya, anak yang tidak paham nilai dirinya akan lebih mudah dimanfaatkan atau mengikuti teman hanya demi diterima.

Tips:

Ajarkan kalimat-kalimat afirmasi positif seperti,

“Aku anak baik.”

“Aku pantas dihormati.”

“Aku berhak memilih teman yang membuatku nyaman.”

Orang tua juga harus memberi contoh nyata dengan memperlakukan anak penuh respek dan kasih, sehingga ia tahu bagaimana rasanya diperlakukan dengan baik.

2. Perbanyak Interaksi Sosial yang Aman dan Beragam

Anak tidak akan tahu mana teman yang baik jika tidak diberi kesempatan untuk bersosialisasi.

Mulailah dari lingkungan terdekat: tetangga, sepupu, taman bermain, hingga playdate yang dikondisikan aman oleh orang tua.

Tips:

Setelah bermain, ajak anak ngobrol soal perasaannya.

Tanyakan:

  • “Siapa yang kamu paling nyaman main bareng tadi?”

  • “Ada yang bikin kamu kesal gak?”

  • “Kalau ada yang minta main terus tapi kamu capek, kamu bilang apa?”

Dari situ, anak belajar mengenali batasan, kenyamanan, dan haknya untuk berkata ‘tidak’.

2149095781

3. Bedakan Berteman dan Menyenangkan Semua Orang

Banyak anak berpikir bahwa supaya disukai, mereka harus selalu menuruti teman.

Hal ini berbahaya, karena bisa membuat mereka:

  • Menjadi ‘people pleaser’

  • Mudah dimanfaatkan

  • Mengorbankan keinginan atau prinsip sendiri demi diterima

Tips:

Ajarkan bahwa berteman yang sehat itu dua arah:

“Teman yang baik adalah yang bisa menerima kamu, bukan hanya yang kamu turuti terus.”

“Kalau kamu tidak nyaman, kamu berhak menjauh tanpa harus merasa bersalah.”

4. Bekali Anak dengan Empati dan Komunikasi Asertif

Kecermatan dalam berteman bukan berarti curiga atau pilih-pilih secara berlebihan.

Justru, anak juga perlu empati untuk bisa mengerti perasaan orang lain dan menjalin relasi yang sehat.

Tips:

Latih anak berkata dengan asertif, misalnya:

  • “Aku gak suka kalau kamu ambil mainanku tanpa izin.”

  • “Aku senang main bareng kamu, tapi aku mau istirahat dulu, ya.”

Anak yang bisa mengungkapkan pendapatnya tanpa marah-marah akan lebih disegani oleh teman.

5. Perhatikan Red Flags dan Beri Panduan

Beberapa tanda bahwa pertemanan anak tidak sehat antara lain:

  • Anak jadi murung setelah main dengan teman tertentu

  • Anak takut untuk bilang tidak

  • Anak mulai meniru kebiasaan buruk temannya

Tips:

Bicarakan dengan tenang:

“Aku lihat kamu pulang agak sedih setelah main tadi. Ceritain yuk, apa yang terjadi?”

“Kalau kamu merasa tidak nyaman, boleh kok menjauh dulu. Mama akan bantu kamu.”

Penutup: Temani, Dengarkan, Dampingi

Pada akhirnya, rahasia utama agar anak lebih cermat dalam berteman adalah hadirnya orang tua yang mau mendengar tanpa menghakimi.

Anak akan lebih berani bersikap dan menilai dengan baik ketika tahu bahwa ia punya tempat aman untuk pulang dan berbagi.

Jadi, yuk mulai dari rumah. Bangun komunikasi hangat, ajarkan nilai-nilai dasar, dan beri anak ruang untuk tumbuh sebagai pribadi yang mandiri dalam membangun relasi.

Karena teman memang penting, tapi anak yang mampu memilih teman dengan bijak, jauh lebih berharga.

Jika Anda membutuhkan arahan untuk membimbing anak-anak Anda, Anda dapat berkonsultasi dengan seorang psikolog atau konselor  profesional untuk mendapatkan dukungan dan panduan lebih lanjut. Seorang konselor yang berpengalaman dapat membantu Anda dan anak Anda dengan sesi konseling dan kerahasiaan yang terjamin. 

Image Source:

Image by freepik

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *