Pernahkah anak Anda mengeluh sakit perut sebelum berangkat sekolah, padahal secara medis tidak ada kelainan? Atau tiba-tiba demam menjelang ujian? Bisa jadi ini bukan sekadar sakit biasa. Banyak penelitian menunjukkan bahwa stress mental pada anak dapat memicu keluhan fisik secara nyata, mulai dari pusing, mual, gangguan pencernaan, bahkan daya tahan tubuh yang melemah.
Fenomena ini disebut psychosomatic, yaitu ketika kondisi psikologis seseorang mempengaruhi tubuhnya secara fisik. Anak-anak yang masih dalam tahap perkembangan emosional, sering kali belum bisa mengidentifikasi atau mengungkapkan perasaan mereka dengan baik. Akibatnya, stress atau tekanan mental malah dimanifestasikan melalui keluhan fisik.
Kaitan Antara Pikiran dan Tubuh Anak
Otak dan tubuh memiliki hubungan yang sangat erat. Ketika anak mengalami tekanan, tubuhnya akan mengeluarkan hormon stress seperti kortisol dan adrenalin. Jika hal ini terjadi dalam jangka panjang, sistem imun anak bisa melemah, sehingga mereka lebih rentan terhadap penyakit. Tidak hanya itu, hormon stress juga dapat mengganggu sistem pencernaan dan tidur, yang merupakan dua hal vital dalam menjaga kesehatan anak secara keseluruhan.
Beberapa studi dari American Psychological Association menyebutkan bahwa anak-anak yang mengalami tekanan psikologis tinggi (baik karena beban sekolah, konflik di rumah, atau masalah pertemanan) cenderung lebih mudah jatuh sakit, memiliki keluhan nyeri tanpa sebab yang jelas, dan lebih sering ke dokter dibanding anak-anak yang secara emosional lebih stabil.
Gejala yang Perlu Diwaspadai
Sebagai orang tua atau guru, kita perlu peka terhadap beberapa tanda berikut ini yang bisa menunjukkan adanya tekanan mental:
- Anak sering mengeluh sakit kepala, perut, atau nyeri otot tanpa sebab jelas.
- Sering absen atau menolak pergi ke sekolah.
- Pola tidur terganggu: sulit tidur atau tidur terlalu banyak.
- Nafsu makan menurun atau justru meningkat secara drastis.
- Anak tampak murung, mudah marah, atau cemas tanpa alasan jelas.
Jika anak menunjukkan beberapa gejala di atas secara konsisten, penting untuk tidak mengabaikannya sebagai “drama” atau “malas sekolah”. Bisa jadi ini adalah cara tubuh anak memberi sinyal bahwa ada beban mental yang sedang mereka alami.

Peran Orang Tua: Menjadi Pendengar dan Penenang
Anak-anak membutuhkan tempat yang aman secara emosional. Orang tua harus menjadi zona nyaman pertama untuk mereka mengekspresikan perasaan. Ini beberapa cara yang bisa dilakukan:
- Sediakan waktu untuk ngobrol santai setiap hari. Bukan untuk menanyai nilai atau PR, tapi untuk mendengar cerita mereka, termasuk keluhan kecil sekalipun.
- Validasi perasaan anak. Hindari meremehkan perasaan mereka seperti, “Ah, gitu doang kok nangis,” karena ini membuat anak enggan terbuka di masa depan.
- Ajarkan teknik relaksasi sederhana, seperti menarik napas panjang, journaling, atau menggambar ketika mereka merasa cemas atau tertekan.
Saatnya Ajarkan Anak Skill Mengelola Stress
Mengelola tekanan mental adalah bagian dari life skills yang penting. Beberapa strategi bisa diajarkan sejak dini:
- Ajarkan anak mengenali emosi mereka, misalnya dengan menggunakan “emotion chart” sederhana.
- Biasakan anak untuk mengkomunikasikan perasaan mereka, bukan menyimpannya sendiri.
- Libatkan anak dalam aktivitas fisik atau seni, karena kegiatan ini membantu tubuh memproduksi hormon endorfin yang baik untuk menurunkan stress.
Jangan lupa, konsultasi dengan psikolog anak juga penting jika keluhan terus berulang atau anak menunjukkan tanda-tanda stress yang mengganggu aktivitas hariannya. Dengan pendekatan yang tepat, anak bisa belajar menjadi pribadi yang lebih tangguh, baik secara mental maupun fisik.
Kesimpulan
Stress mental bukan hanya urusan orang dewasa. Anak-anak pun bisa mengalaminya, bahkan lebih rentan karena belum punya mekanisme coping yang matang. Jika tidak dikenali sejak awal, tekanan ini bisa membuat anak lebih sering sakit secara fisik. Maka, penting bagi orang tua dan pendidik untuk membangun koneksi emosional yang kuat, mengajarkan cara mengenali dan mengelola perasaan, serta menciptakan lingkungan yang aman secara psikologis. Karena anak yang sehat mental, akan tumbuh menjadi anak yang sehat jasmani juga.
Jika Anda adalah orang tua dan memiliki anak yang menunjukkan gejala psychosomatic serta membutuhkan informasi lebih lanjut mengenai hal ini, Anda dapat berkonsultasi dengan seorang psikolog atau konselor profesional untuk mendapatkan dukungan dan panduan lebih lanjut. Seorang konselor yang berpengalaman dapat membantu Anda dengan kerahasiaan yang terjamin. SOA juga memiliki pelayanan Individual Counseling serta Family Counseling untuk menganalisa anak Anda serta memberikan arahan lebih lanjut untuk menolong Anda dan anak Anda.
Image Source :