Mental abusive parenting adalah pola pengasuhan yang merusak kesehatan mental anak melalui tekanan emosional, manipulasi, kritik berlebihan, dan pengabaian kebutuhan emosional anak. Orang tua yang terlibat dalam praktik mental abusive parenting mungkin tidak menyadari dampaknya, namun perilaku ini dapat meninggalkan luka psikologis yang dalam bagi anak.
Tanda-Tanda Mental Abusive Parenting
1. Kritik Berlebihan
Orang tua yang sering mengkritik, menghakimi, atau mengejek anak bisa menyebabkan anak merasa tidak cukup baik. Meski niatnya mungkin mendorong anak untuk menjadi lebih baik, kritik yang berlebihan justru mengikis rasa percaya diri mereka.
2. Manipulasi Emosional
Mengendalikan emosi anak dengan cara mengancam, mempermalukan, atau menggunakan rasa bersalah sebagai alat kontrol adalah bentuk pelecehan emosional. Misalnya, membuat anak merasa bertanggung jawab atas kebahagiaan orang tua atau menekan mereka agar melakukan sesuatu yang di luar batas kemampuan mereka.
3. Membandingkan dengan Orang Lain
Membandingkan anak dengan saudara atau teman sering kali menanamkan perasaan rendah diri dan tidak layak. Anak mungkin merasa bahwa mereka harus berkompetisi demi mendapatkan cinta dan perhatian orang tua, padahal setiap anak memiliki keunikannya masing-masing.
4. Mengabaikan Perasaan Anak
Orang tua yang tidak memberikan ruang bagi anak untuk mengekspresikan emosi atau selalu menuntut mereka untuk “kuat” atau “diam” sebenarnya mengabaikan kebutuhan emosional mereka. Anak-anak yang tidak pernah merasa aman untuk mengekspresikan perasaan mereka akan tumbuh dengan kemampuan emosional yang terbatas.
Dampak Mental Abusive Parenting terhadap Anak
1. Masalah Kepercayaan Diri
Anak yang selalu dikritik dan diremehkan akan tumbuh dengan perasaan tidak berharga. Mereka mungkin ragu untuk mencoba hal-hal baru karena takut gagal atau dikritik.
2. Gangguan Kesehatan Mental
Mental abusive parenting dapat menyebabkan anak mengalami stres, kecemasan, hingga depresi. Mereka tumbuh dengan beban emosional yang sulit dilepaskan dan mungkin memengaruhi hubungan mereka di masa depan.
3. Kesulitan dalam Hubungan Sosial
Anak-anak yang menjadi korban pelecehan emosional sering kali merasa tidak aman dan sulit percaya pada orang lain. Mereka mungkin menghindari hubungan yang akrab karena takut terluka atau ditolak.
4. Mengembangkan Pola Abusive
Anak-anak belajar dari perilaku orang tua mereka. Ketika tumbuh besar, mereka mungkin mengulangi siklus perilaku abusive yang sama dalam hubungan mereka sendiri, baik sebagai pelaku maupun korban.
Langkah Menghindari Mental Abusive Parenting
1. Berikan Dukungan dan Penghargaan
Fokus pada usaha anak, bukan hanya hasilnya. Dorongan positif dan apresiasi atas usaha yang mereka lakukan membantu meningkatkan kepercayaan diri.
2. Komunikasi yang Sehat
Cobalah mendengarkan dan memahami sudut pandang anak. Biarkan mereka mengekspresikan emosi tanpa takut dihakimi atau diremehkan.
3. Kenali Batasan Pribadi dan Emosional Anak
Setiap anak memiliki kekuatan dan kelemahan. Beri ruang untuk tumbuh tanpa tekanan yang berlebihan, sehingga mereka dapat berkembang sesuai kapasitasnya.
4. Jaga Kontrol Emosi
Orang tua harus berhati-hati dalam mengelola emosi mereka sendiri. Jika merasa marah atau kecewa, beri waktu sejenak untuk menenangkan diri sebelum berbicara dengan anak.
Kesimpulan
Mental abusive parenting memiliki dampak jangka panjang yang sangat merugikan perkembangan emosional dan mental anak. Orang tua perlu memahami bahwa peran mereka adalah mendukung, bukan menghancurkan rasa percaya diri anak. Dengan komunikasi yang sehat dan rasa hormat terhadap perasaan anak, orang tua bisa membantu mereka tumbuh menjadi individu yang percaya diri dan sehat secara emosional.
Jika Anda ingin mengetahui lebih lanjut bagaimana cara membimbing anak-anak Anda, maupun Anda merasa kesulitan dalam mengelola emosi atau perilaku pengasuhan, jangan ragu untuk berkonsultasi dengan seorang psikolog atau konselor profesional. Seorang konselor yang berpengalaman dapat membantu Anda dan anak Anda dengan kerahasiaan yang terjamin.
Image Source :