Silent treatment atau perlakuan diam adalah salah satu bentuk komunikasi non-verbal yang sering digunakan dalam berbagai hubungan, termasuk hubungan antara orang tua dan anak. Meskipun sering kali digunakan sebagai cara untuk mengekspresikan ketidakpuasan atau ketidaksetujuan, penting untuk mempertimbangkan apakah metode ini efektif, terutama dalam konteks parenting. Artikel ini akan membahas mengapa komunikasi yang asertif lebih baik daripada silent treatment, pentingnya menghindari penilaian emosional, dan bagaimana membantu anak memahami konsekuensi dari tindakan mereka.
Komunikasi Asertif dalam Parenting
Silent treatment mungkin tampak sebagai solusi sementara untuk menangani konflik, namun pada kenyataannya Silent Treatment bukanlah sebuah solusi, tetapi fungsinya lebih sebagai “jeda” waktu untuk meredakan emosi pada saat terjadi konflik agar masalah tidak semakin membesar. Sebaliknya, Silent Treatment malah bisa membuat orang bertanya-tanya, sehingga menciptakan dugaan yang mungkin saja keliru atau menimbulkan salah pengertian. Komunikasi asertif adalah pendekatan yang lebih efektif dan sehat dalam parenting.
- Mengungkapkan Perasaan dengan Jelas
Komunikasi asertif melibatkan mengungkapkan perasaan dan kebutuhan secara jelas tanpa mengabaikan atau menyerang orang lain. Dalam konteks parenting, ini berarti mengungkapkan ketidaksetujuan atau ketidakpuasan terhadap perilaku anak dengan cara yang hormat dan jelas. Misalnya, daripada memberikan silent treatment ketika anak melakukan kesalahan, orang tua bisa mengatakan, “Saya merasa kecewa karena kamu tidak mengerjakan tugas rumahmu. Mari kita bicarakan bagaimana kamu bisa lebih bertanggung jawab ke depannya.”
- Menghindari Konflik yang Tidak Perlu
Silent treatment seringkali memicu kebingungan dan stres pada anak, yang bisa memperburuk situasi. Dengan berkomunikasi secara asertif, orang tua dapat menghindari eskalasi konflik dan membantu anak memahami perasaan dan harapan mereka dengan lebih baik.
- Membangun Kepercayaan
Komunikasi yang terbuka dan jujur membantu membangun kepercayaan antara orang tua dan anak. Ketika anak merasa didengar dan dihargai, mereka cenderung lebih terbuka dan responsif terhadap bimbingan orang tua.
Hindari Penilaian Emosional
Sering kali, dalam situasi yang penuh emosi, orang tua dapat terjebak dalam memberi penilaian yang emosional terhadap perilaku anak. Hal ini tidak hanya tidak efektif, tetapi juga bisa merusak hubungan orang tua dan anak.
- Tetap Tenang
Ketika menghadapi situasi yang menegangkan, penting bagi orang tua untuk tetap tenang dan tidak bereaksi secara emosional. Reaksi yang emosional dapat membuat anak merasa diserang dan defensif, yang menghalangi komunikasi yang konstruktif.
- Fokus pada Perilaku, Bukan Karakter
Alih-alih menilai karakter anak secara keseluruhan berdasarkan satu tindakan, fokuslah pada perilaku spesifik yang perlu diperbaiki. Misalnya, daripada mengatakan “Kamu selalu malas,” lebih baik mengatakan, “Saya melihat kamu tidak menyelesaikan tugasmu hari ini. Apa yang terjadi?”
- Menggunakan Bahasa Positif
Menggunakan bahasa positif dapat membantu anak merasa didukung dan termotivasi untuk berubah. Hindari kata-kata yang merendahkan atau meremehkan, dan fokuslah pada bagaimana anak dapat memperbaiki perilakunya.
Mengajarkan Konsekuensi
Salah satu aspek penting dari parenting adalah membantu anak memahami konsekuensi dari tindakan mereka. Ini adalah langkah penting dalam mengajarkan tanggung jawab dan pengambilan keputusan yang baik.
- Konsekuensi Alami
Biarkan anak mengalami konsekuensi alami dari tindakan mereka, selama itu aman dan wajar. Misalnya, jika anak tidak mengerjakan tugas rumahnya, biarkan mereka menghadapi konsekuensi dari guru mereka. Ini mengajarkan anak bahwa tindakan mereka memiliki dampak nyata.
- Konsekuensi Logis
Tetapkan konsekuensi logis yang terkait langsung dengan perilaku anak. Misalnya, jika anak tidak membereskan mainannya, konsekuensinya bisa kehilangan hak untuk bermain dengan mainan tersebut selama satu hari. Ini membantu anak memahami hubungan antara tindakan mereka dan konsekuensinya.
- Diskusi Terbuka
Setelah memberikan konsekuensi, penting untuk mendiskusikan dengan anak apa yang terjadi dan mengapa. Ini memberikan kesempatan bagi anak untuk belajar dari kesalahan mereka dan memahami bagaimana mereka bisa memperbaiki perilaku mereka di masa depan.
Kesimpulan
Silent treatment mungkin tampak sebagai cara yang mudah untuk menangani konflik, tetapi itu bukan metode yang efektif dalam jangka panjang, terutama dalam parenting. Komunikasi yang asertif, menghindari penilaian emosional, dan mengajarkan konsekuensi adalah pendekatan yang lebih konstruktif dan bermanfaat. Dengan berkomunikasi secara jelas dan penuh hormat, orang tua dapat membangun hubungan yang lebih kuat dengan anak-anak mereka dan membantu mereka tumbuh menjadi individu yang bertanggung jawab dan berpikiran terbuka
Jika Anda adalah orang tua dan ingin mendapatkan arahan lebih lanjut mengenai bagaimana menghadapi anak Anda dengan tepat dan efektif, janganlah ragu untuk berkonsultasi dengan seorang psikolog atau konselor yang berpengalaman. Seorang konselor profesional dapat membantu Anda dengan sesi konseling pribadi maupun bersama anak Anda dengan kerahasiaan yang terjamin.
Image Source: