Menumbuhkan Cinta Tanah Air di Tengah Gempuran Budaya Asing

Tanggal 10 November diperingati sebagai Hari Pahlawan di Indonesia. Momen ini seharusnya menjadi refleksi mendalam, terutama bagi generasi muda, tentang makna perjuangan, nasionalisme, dan cinta tanah air. Namun, realitanya, di tengah gempuran budaya asing yang datang begitu deras melalui media sosial, musik, film, hingga gaya hidup, semangat kebangsaan perlahan-lahan seperti memudar. Bahasa Indonesia dianggap jadul, budaya lokal dilihat kurang keren, dan idola-idola masa kini lebih banyak datang dari Korea Selatan, Amerika Serikat, atau Jepang.

Lalu, bagaimana kita bisa tetap menumbuhkan cinta tanah air di hati anak-anak kita yang tumbuh di era globalisasi ini?

Budaya Asing Tak Selalu Buruk, Tapi Jangan Lupakan Akar

Pertama-tama, penting untuk diakui bahwa budaya asing tidak serta-merta buruk. Budaya asing bisa memperkaya wawasan, memperluas perspektif, bahkan mendorong kreativitas. Tapi ketika budaya asing mengambil alih identitas, maka ada yang salah.

Anak-anak yang lebih fasih menyanyikan lagu K-pop daripada lagu daerah, atau lebih percaya diri bicara dalam bahasa Inggris daripada bahasa Indonesia, bukan berarti mereka salah. Tapi jika mereka mulai merasa malu terhadap kebudayaan dan bahasa sendiri, di situlah masalahnya.

Cinta Tanah Air Bukan Sekadar Hafal Lagu Kebangsaan

Menumbuhkan rasa cinta terhadap Indonesia tidak cukup hanya dengan mewajibkan anak hafal lagu Indonesia Raya, atau sekadar ikut upacara bendera. Nasionalisme zaman sekarang harus dibangun lewat kesadaran dan keterlibatan aktif anak dalam kehidupan sosial dan budaya di sekitarnya.

Misalnya, ajak anak mengenal sejarah pahlawan dari daerah tempat tinggal mereka, belajar tentang tarian atau makanan tradisional, dan pahami keberagaman suku bangsa yang ada di Indonesia. Ketika anak merasa menjadi bagian dari budaya itu, akan tumbuh rasa memiliki dan bangga terhadap tanah airnya.

Gunakan Teknologi Sebagai Alat, Bukan Penghalang

Anak-anak Gen Z dan Gen Alpha adalah generasi digital native. Mereka tumbuh dengan gadget di tangan dan informasi di ujung jari. Maka, bukan menjauhkan mereka dari teknologi, justru kita harus mengajak mereka menggunakan teknologi untuk memperkuat nasionalisme.

Ajak mereka membuat konten kreatif tentang budaya lokal, sejarah Indonesia, atau bahasa daerah mereka. Bisa lewat TikTok, YouTube, podcast, atau blog. Dengan begitu, anak tidak hanya menjadi konsumen budaya asing, tapi juga produsen budaya lokal yang relevan dengan zamannya.

71570495 extended 200 1 2 01

Peran Keluarga dan Sekolah Sangat Vital

Anak-anak belajar dari rumah dan lingkungan terdekatnya. Jika di rumah, orang tua lebih sering memutar lagu-lagu barat, menonton film asing, dan tidak pernah mengenalkan budaya Indonesia, maka jangan heran jika anak merasa budaya luar lebih unggul.

Begitu juga di sekolah, guru perlu menjadikan pelajaran sejarah dan kewarganegaraan bukan sekadar hafalan, tetapi diskusi yang hidup. Undang veteran, pelaku budaya lokal, atau ajak murid field trip ke museum, cagar budaya, atau daerah bersejarah agar mereka belajar langsung dari pengalaman, bukan hanya buku.

Bahasa Adalah Identitas

Ketika anak-anak lebih sering menggunakan bahasa Inggris untuk sehari-hari karena dianggap lebih keren, ini jadi alarm. Bahasa Indonesia adalah identitas dan jati diri bangsa. Maka, menumbuhkan rasa bangga menggunakan bahasa sendiri juga bagian dari cinta tanah air.

Bukan berarti dilarang pakai bahasa asing, tapi tanamkan bahwa bisa berbahasa Indonesia dengan baik dan benar itu juga prestise. Dorong anak membaca sastra Indonesia, menulis cerita dalam bahasa Indonesia, dan berdiskusi dengan bangga menggunakan bahasa ibu mereka.

Membentuk Generasi Pahlawan Masa Kini

Hari Pahlawan bukan hanya tentang mengenang masa lalu, tapi juga momentum menciptakan pahlawan masa kini, anak-anak muda yang peduli pada bangsanya, bangga akan budayanya, dan siap memberi kontribusi nyata. Mereka tidak perlu angkat senjata, tapi cukup dengan menjaga identitas dan ikut membangun negeri.

Cinta tanah air bukan hal yang lahir begitu saja. Ia dibentuk, ditanamkan, dan dipelihara lewat tindakan kecil setiap hari: dari pilihan kata, tontonan, bacaan, hingga percakapan sehari-hari. Mari kita jadikan Hari Pahlawan ini sebagai momen untuk menyalakan kembali api nasionalisme di hati anak-anak Indonesia.

Jika Anda membutuhkan arahan untuk membimbing anak Anda untuk bertumbuh dengan rasa cinta tanah air di era globalisasi seperti saat ini, Anda dapat berkonsultasi dengan seorang psikolog atau konselor  profesional untuk mendapatkan dukungan dan panduan lebih lanjut. Seorang konselor yang berpengalaman dapat membantu dengan kerahasiaan yang terjamin. SOA juga memiliki SOA Learning Center dan dapat membantu dalam area Learning for Parents untuk mendukung Anda dalam menciptakan rasa cinta tanah air pada anak Anda.

Image Source :

Image by katemangostar on Freepik

Image by catalyststuff on Freepik

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *