Pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup seorang diri saja. Kemampuan sosialisasi atau berteman menjadi salah satu keterampilan yang penting untuk manusia dapat bertahan hidup. Hal ini tidak berarti kemampuan bersosialisasi muncul begitu saja seiring seorang manusia bertambah usia. Kemampuan seorang manusia untuk bersosialisasi perlu diterapkan atau dibiasakan sejak usia dini. Maka, merupakan peranan penting orang tua untuk mengajarkan anak cara berteman dan bergaul dengan orang lain sejak kecil.
Manfaat Berteman untuk Anak
Berteman tidak hanya menyenangkan untuk anak, tetapi juga memiliki manfaat yang penting. Pertemanan dapat mendorong anak untuk mengembangkan rasa empati, meningkatkan komunikasi, rasa ingin berbagi, problem solving dan juga mengasah kreativitas anak-anak. Kehadiran teman-teman akan membantu untuk anak belajar bersosialisasi dan berinteraksi dengan orang lain dan dunia di sekitarnya.
Meskipun anak dilahirkan dengan kemampuan sosial alami, hanya sebagian anak yang dapat berbaur dengan baik dengan teman-teman di sekolah, sebagian lain anak-anak yang mengalami kesulitan untuk bergaul dan menjalin pertemanan dengan orang lain. Banyak kendala-kendala internal di dalam diri anak seperti rasa malu dapat menghambat anak untuk mengembangkan hubungan pertemanannya.
Apabila anak Anda termasuk anak yang memiliki social challenges, Anda tidak perlu terlalu khawatir. Ada berbagai cara orang tua dapat menolong anak yang memiliki tantangan dalam pertemanan. Orang tua dapat mendorong anak dengan cara yang sehat untuk menghadapi tantangan sosialnya.
Tips untuk Anak dengan Social Challenges
Beberapa hal yang dapat orang tua lakukan untuk membantu anak mengatasi kesulitan bergaulnya :
- Berlatih menyapa orang lain.
Keluarga adalah lingkungan awal yang aman untuk mengajarkan anak isyarat sosial dan mempraktekkan keterampilan sosial. Salah satu hal mendasar yang perlu dilakukan adalah membiasakan anak menyapa anggota keluarga, teman-teman keluarga yang telah mereka kenal. Hal-hal ini akan membiasakan anak untuk merasa nyaman dan percaya diri untuk menyapa orang lain sebelum bisa merasa nyaman, berkenalan dan menanyakan nama orang yang baru mereka temui.
- Ekspos anak kepada situasi sosial.
Setelah anak berlatih dengan keluarga dan orang-orang yang telah dikenal, orang tua dapat mengekspos anak kepada situasi sosial secara bertahap. Misalnya, ketika mendapatkan undangan untuk hadir ke sebuah pesta, ajaklah anak Anda. Anak akan melihat dan menyerap bagaimana orang tuanya bersosialisasi di dalam interaksi sosial. Anak juga akan merasa aman dan belajar untuk merasa percaya diri di dalam lingkungan sosial dengan contoh dari orang tuanya. Setelah tahap menghadiri pesta bersama orang tua, apabila anak mendapatkan undangan pesta ulang tahun temannya, doronglah anak untuk hadir. Melalui cara ini, diharapkan anak dapat mengulangi apa yang telah dibiasakan bersama orang tua dengan sendirinya.
- Membuat janji untuk acara bermain bersama di rumah (playdate).
Sebagian anak yang pemalu akan merasa lebih nyaman untuk beraktivitas di rumah sendiri. Jadi, mengundang teman-teman sebaya anak untuk bermain bersama di rumah dapat menjadi ide yang baik. Hal ini dapat mengantisipasi rasa kewalahan yang dapat anak alami, dan juga membuat anak terbiasa untuk mengatasi rasa malunya saat bergaul di situasi yang lebih familiar untuk anak. Ke depannya, anak dapat didorong untuk perlahan-lahan keluar dari zona nyamannya dan bergantian bermain di rumah teman lain yang sudah dia kenal.
- Apabila anak belum siap, tidak apa untuk hadir dan menemani anak saat bermain bersama teman.
Ketika anak belum merasa nyaman dengan lingkungan sosialnya atau sebuah situasi yang baru, usahakan untuk berada di dekat anak tanpa terlalu terlibat di dalam kegiatan anak. Orang tua juga dapat mendorong anak untuk berinteraksi dengan temannya. Ketika anak sudah lebih mandiri dan merasa nyaman, orang tua dapat perlahan-lahan mengurangi pendampingan dan melepaskan mereka untuk bersosialisasi tanpa kehadiran Anda.
- Mendengarkan masalah yang dihadapi anak dengan temannya, jika ada.
Langkah awal yang perlu dilakukan adalah mendengarkan apa yang anak rasakan. Lalu berilah saran dan bantulah anak untuk memecahkan masalahnya. Sekecil apapun masalah yang anak ceritakan, usahakan untuk tidak menyepelekan di depan anak. Orang tua juga tidak disarankan untuk langsung menyuruh anak melakukan sesuatu yang dianggap orang tua sebagai jawaban dari masalahnya. Hal ini tidak akan membantu anak untuk berpikir dan belajar problem solving. Ajaklah anak berdiskusi dan tanyakan apa yang menurutnya perlu dilakukan, setelah itu orang tua dapat memberikan saran dan mendorong anak dengan sehat untuk melakukannya.
- Jangan berpihak apabila anak bertengkar dengan temannya.
Pertengkaran dan perdebatan pasti akan terjadi dalam pertemanan anak-anak. Jika anak bertengkar dengan temannya, orang tua perlu mendengar pandangan anak dan berempati dengan apa yang anak rasakan. Namun, orang tua perlu menahan diri untuk langsung menyalahkan teman atau juga menyalahkan anak. Ajaklah anak untuk menganalisa kira-kira apa yang menjadi penyebab pertengkaran. Setelah itu juga anak dapat mengerti apa yang dapat dihindari agar kedepannya tidak bertengkar lagi.
- Ajarkan anak untuk mengungkapkan perasaannya tanpa disertai amarah.
Ketika anak merasa marah atau kesal dengan temannya, mungkin saja anak membentak temannya. Tidak hanya pada anak-anak, orang dewasa juga mengalami hal yang serupa. Orang tua dapat mendorong anak untuk mengungkapkan perasaannya atau hal yang mengganggu yang dirasakan oleh anak secara baik-baik kepada temannya.
- Berikan apresiasi ketika anak keluar dari zona nyamannya.
Anak yang memiliki social challenges memerlukan upaya yang lebih untuk bersosialisasi. Ketika anak mau keluar dari zona nyamannya, berilah pujian untuk effort yang sudah anak berikan. Ketika ada kemajuan kecil yang berhasil anak raih dalam interaksi sosialnya, berikan juga apresiasi dan beritahukan bahwa Anda sebagai orang tua merasa bangga dengan upaya dan kemajuan yang berhasil ia capai. Beritahukan juga kepada anak bahwa Anda mengerti hal itu tidak mudah namun, Anda sangat bangga anak telah berusaha.
- Jangan membanding-bandingkan anak.
Orang tua secara tidak sadar terkadang membandingkan anak dengan orang lain seusianya. Orang tua sering menjadikan apa yang berhasil dicapai oleh anak lain sebagai tolak ukur bahwa anak juga seharusnya dapat melakukan hal yang sama. Terkadang orang tua bermaksud memberikan motivasi untuk anak agar dapat melakukan hal yang sama dengan temannya, namun anak akan menerimanya dengan cara yang berbeda. Yang sering terjadi adalah anak akan merasa orang tua tidak menerima mereka dan malah merasa minder. Yang perlu orang tua ingat adalah, anak memiliki kecepatan perkembangan yang berbeda-beda. Orang tua perlu bersabar dan mendampingi anak serta mendorong anak untuk memenangkan tantangan-tantangan kecil mereka dalam bersosialisasi. Anak akan lebih percaya diri ketika merasa orang tua nya mendukung mereka untuk mengatasi kesulitannya dalam berteman.
Apabila orang tua memiliki kesulitan untuk mengembangkan dan menghadapi anak memiliki social challenges dan kesulitan bergaul, dapat mempertimbangkan untuk menggunakan jasa psikolog dan konselor yang berpengalaman.
Image Source :