Menyakiti diri sendiri atau yang dikenal dengan self-harm adalah sebuah perilaku yang mempengaruhi individu dari segala tingkat usia, termasuk anak-anak. Bahkan data terkini juga menyebutkan bahwa ada sebanyak 20,21% remaja pernah melakukan perilaku self-harm di Indonesia dan 93% nya adalah remaja perempuan (Faradiba, Paramita, Dewi, 2021). Untuk itu orang tua, pengasuh, dan pendidik perlu mengenali tanda-tanda self-harm pada anak dan memahami cara memberikan dukungan yang tepat, sekaligus berusaha membantu mereka mengatasi masalah ini. Berikut ini, kita akan membahas mengenai definisi dan jenis self-harm, menggali penyebab mengapa seseorang mungkin terlibat dalam tindakan self-harm, dan meluruskan mitos umum seputar hal itu.
Definisi dan Berbagai Jenis Self-harm
Self-harm mengacu pada tindakan sengaja untuk menyakiti diri sendiri tanpa bermaksud bunuh diri. Bentuknya bisa bermacam-macam, termasuk memotong, menggores, membakar, mencakar, memukul, atau menggigit diri sendiri. Anak-anak dapat menggunakan tindakan self-harm sebagai mekanisme mengatasi rasa sakit emosional atau untuk mendapatkan rasa kendali atas emosi yang berlebihan.
Penjelasan Mengapa Seseorang Bisa Melakukan Self-harm
Anak-anak yang terlibat dalam self-harm, pada dasarnya sedang bergumul dengan tekanan emosional yang dirasakannya. Mereka mungkin merasa kewalahan dengan emosi yang intens seperti rasa marah, rasa sedih, atau rasa cemas serta tidak memiliki mekanisme pertahanan diri yang sehat untuk menghadapi perasaan-perasaan ini ini. Self-harm dapat memberikan kelegaan sementara dari rasa sakit emosional yang dirasakan atau juga berfungsi sebagai sebuah sarana menghukum diri sendiri.
Beberapa Mitos dan Fakta Tentang Self-harm
Ada beberapa kesalahpahaman umum seputar self-harm yang perlu diluruskan. Salah satu mitos yang umum adalah bahwa self-harm semata-mata bertujuan mencari perhatian orang lain saja. Padahal kenyataannya, self-harm seringkali merupakan tindakan yang bersifat sangat pribadi dan personal. Perlu untuk dipahami bahwa self-harm adalah tanda pergumulan dan bukan taktik manipulatif.
Mengenali Tanda-tanda Self-harm Pada Anak
Mengenali tanda-tanda self-harm pada anak sangat penting untuk intervensi dini. Beberapa perubahan fisik, seperti cedera yang tidak dapat dijelaskan seperti luka gores atau luka bakar, mungkin merupakan tanda bahaya. Selain itu, perubahan perilaku atau emosi anak, seperti menarik diri dari teman-teman dan keluarga, penurunan prestasi di sekolah, atau perubahan suasana hati yang tiba-tiba, dapat mengarah pada indikasi self-harm. Perlu untuk dicatat bahwa tidak semua tanda dapat langsung terlihat, sehingga kewaspadaan orang tua sangat diperlukan.
Faktor Resiko dan Penyebab Self-harm
Beberapa faktor dapat berkontribusi pada tindakan self-harm pada anak. Peristiwa hidup yang penuh tekanan atau pengalaman traumatis dapat memicu tindakan self-harm sebagai cara untuk mengatasi rasa sakit emosional. Gangguan kesehatan mental, seperti depresi, kecemasan, atau borderline personality disorder, juga dapat meningkatkan kemungkinan untuk melakukan self-harm. Tekanan dari teman-teman sebaya, faktor lingkungan, dan kurangnya mekanisme pertahanan diri yang sehat juga ikut berperan. Dalam survey dilakukan baru – baru ini, didapati bahwa faktor pola asuh keluarga bisa menjadi salah satu faktor umum penyebab remaja melakukan self-harm.
Dampak Self-harm Pada Anak dan Keluarganya
Self-harm memiliki dampak fisik dan emosional yang mendalam pada anak. Secara fisik, menyakiti diri sendiri dapat menyebabkan infeksi, jaringan rusak, atau bahkan luka parah yang tidak disengaja. Secara emosional, self-harm dapat memperburuk rasa malu, bersalah, dan rendah diri yang dirasakan. Dinamika keluarga juga ikut terpengaruh, karena self-harm dapat merusak hubungan, komunikasi, dan kepercayaan dalam keluarga. Efek jangka panjang dari self-harm dapat mencakup masalah kesehatan mental kronis dan juga resiko bunuh diri yang lebih tinggi.
Cara Menangani Kasus Self-harm Pada Anak
Saat kita menemukan seorang anak yang melakukan self-harm, langkah pertama adalah tetap tenang dan menghadapi situasi tersebut dengan kasih sayang. Komunikasi yang terbuka dan tidak menghakimi sangat penting untuk memahami emosi anak dan alasan sesungguhnya di balik perilaku tersebut. Setelah itu, penting untuk membantu anak mengembangkan mekanisme pertahanan diri yang sehat, dengan mendorong mereka untuk mengungkapkan perasaan mereka melalui saluran yang kreatif atau mencari bantuan profesional.
Mencari Bantuan Profesional
Tanda-tanda tertentu menunjukkan perlunya intervensi profesional. Jika perilaku self-harm meningkat atau jika anak mengungkapkan pikiran untuk bunuh diri, sangat disarankan untuk segera mencari bantuan profesional. Psikolog, psikiater, atau konselor yang berspesialisasi dalam kesehatan mental anak dan remaja dapat memberikan dukungan dan terapi yang sesuai. Proses terapi, seperti terapi perilaku-kognitif atau terapi perilaku dialektis, dapat membantu anak-anak mengembangkan strategi mekanisme pertahanan diri yang lebih sehat, mengelola emosi mereka, dan mengatasi masalah mendasar yang berkontribusi pada tindakan self-harm.
Mengatasi tindakan self-harm pada anak membutuhkan empati, pengertian, dan komitmen untuk memberikan cinta dan dukungan. Penting untuk menyadari bahwa anak-anak yang terlibat dalam tindakan self-harm sedang menghadapi rasa sakit emosional yang signifikan, dan mereka membutuhkan lingkungan yang penuh kasih untuk menyembuhkannya. Dengan menghargai keberanian mereka dalam menghadapi masalah ini, kita dapat menciptakan suasana yang mendorong dialog terbuka dan mencari solusi yang efektif.
Mendukung kesehatan mental anak perlu menjadi upaya yang berkelanjutan. Dorong komunikasi secara terbuka, di mana anak-anak merasa aman untuk mengekspresikan emosi mereka dan mencari bantuan bila diperlukan. Menumbuhkan lingkungan di mana mekanisme pertahanan diri yang sehat diajarkan dan dipraktekan, seperti terlibat dalam aktivitas fisik, membuat jurnal, atau mencari dukungan dari individu yang dapat dipercaya seperti teman dekat atau anggota keluarga.
Ingatlah bahwa upaya untuk mengatasi self-harm adalah sebuah perjalanan panjang, dan mungkin juga terjadi kemunduran. Sangat penting untuk tetap sabar dan mendukung anak dalam proses menuju kesembuhan, merayakan kemajuan dan mencari bimbingan profesional bila diperlukan. Tekankan pentingnya perawatan diri dan mengasihi diri sendiri, ajari anak-anak untuk menghargai kesejahteraan mereka dan mencari bantuan saat dibutuhkan.
Apabila Anda adalah orang tua yang memiliki anak yang melakukan self-harm, atau Anda sendiri yang mengalami tantangan tersebut, janganlah ragu untuk mencari bantuan dari seorang psikolog atau konselor yang berpengalaman. Seorang psikolog atau konselor yang terlatih dapat memberikan arahan dan dukungan untuk Anda dan anak Anda untuk keluar dari tindakan yang merugikan ini dan melatih Anda atau anak Anda untuk mengembangkan mekanisme pertahanan diri yang sehat kedepannya.
Image Source :
Image by 8photo on Freepik
Image by Freepik