Pembicaraan mengenai eating disorder atau gangguan makan seringkali dianggap tabu dan tidak banyak orang yang nyaman membahasnya. Sehingga apabila ada orang terdekat yang mengalami eating disorder, sering kali tanda-tandanya tidak kita sadari. Penderita eating disorder banyak yang baru diberi pertolongan ketika keadaannya sudah parah. Oleh sebab itu, mari kita pelajari lebih lanjut mengenai berbagai gejala eating disorder, tipe-tipe dan bagaimana mengatasinya.
Terdapat sebuah kesalahpahaman umum bahwa gangguan makan adalah pilihan gaya hidup yang secara sadar dibuat oleh seseorang. Gangguan makan sebenarnya adalah penyakit serius dan seringkali bersifat fatal dan berhubungan dengan gangguan parah pada perilaku makan seseorang dan pikiran serta emosi yang terkait. Terlalu fokus atau terlalu sering berpikir mengenai dengan makanan, berat badan, dan bentuk tubuh juga bisa menjadi tanda seseorang menderita gangguan makan. Gangguan makan yang umum diketahui dan dialami termasuk anoreksia nervosa, bulimia nervosa, dan gangguan makan berlebihan.
Berbagai Tipe dan Gejala dari Eating Disorder
- Anoreksia nervosa
Anoreksia nervosa adalah sebuah kondisi di mana seseorang menghindari makanan, sangat membatasi makanan, atau hanya makan makanan tertentu dalam jumlah yang sangat sedikit. Mereka juga mungkin menimbang diri mereka sendiri berulang kali dalam sehari. Bahkan ketika sudah sangat kurus, mereka mungkin menganggap diri mereka masih kelebihan berat badan.
Ada dua subtipe anoreksia nervosa, yaitu : subtipe restriktif dan subtipe binge-purge.
Subtipe Restriktif: Seseorang yang mengalami subtipe restriktif anoreksia nervosa sangat membatasi jumlah dan jenis makanan yang mereka konsumsi.
Binge-Purge: Seseorang yang menderita subtipe binge-purge dari anoreksia nervosa juga sangat membatasi jumlah dan jenis makanan yang mereka konsumsi. Selain itu, mereka mungkin akan sesekali mengalami episode binge-eating dan purging, yaitu makan makanan dalam jumlah besar dalam waktu singkat diikuti dengan memuntahkan kembali makanannya atau menggunakan obat pencahar atau diuretik untuk membuang apa yang telah dikonsumsi.
Anoreksia nervosa bisa memiliki fatalitas yang sangat tinggi yang dibandingkan gangguan mental lainnya, karena anoreksia nervosa bisa menyebabkan komplikasi medis yang terkait dengan kelaparan dan nutrisi. Anoreksia nervosa memiliki tingkat kematian (mortalitas) yang sangat tinggi dibandingkan dengan gangguan mental lainnya. Orang yang menderita anoreksia beresiko meninggal sebagai akibat dari komplikasi medis yang terkait dengan kelaparan dan malnutrisi.
Gejala dari anoreksia nervosa meliputi:
- Sangat membatasi konsumsi makanan
- Bentuk tubuh yang kurus ekstrim
- Mengejar bentuk tubuh yang kurus tanpa henti dan tidak ingin untuk mempertahankan berat badan normal atau sehat
- Ketakutan yang intens dalam menambah berat badan
- Citra tubuh yang rusak, harga diri yang sangat dipengaruhi oleh persepsi berat badan dan bentuk tubuh, atau memiliki penyangkalan terhadap faktor berbahaya apabila memiliki berat badan yang terlalu rendah.
Gejala lain yang dapat berkembang seiring dengan berjalannya waktu, termasuk:
- Penipisan tulang (osteopenia atau osteoporosis)
- Anemia ringan dan pengecilan otot dan kelemahan otot
- Rambut dan kuku menjadi rapuh
- Kulit menjadi kering dan kekuningan
- Tumbuhnya bulu halus di sekujur tubuh (lanugo)
- Mengalami sembelit parah
- Tekanan darah rendah
- Pernapasan dan denyut nadi melambat
- Kerusakan struktur dan fungsi jantung
- Kerusakan otak
- Kegagalan multiorgan
- Penurunan suhu tubuh internal, menyebabkan seseorang merasa kedinginan sepanjang waktu
- Kelesuan, atau merasa lelah sepanjang waktu
- infertilitas

- Bulimia nervosa
Bulimia nervosa adalah suatu kondisi di mana seseorang mengalami episode berulang dan sering makan makanan dalam jumlah besar yang tidak biasa dan merasa tidak memiliki kontrol atas episode ini. Makan berlebihan ini lalu diikuti oleh perilaku yang berusaha menetralisir makan berlebihan seperti muntah paksa, mengkonsumsi obat pencahar atau diuretik yang berlebihan, melakukan puasa atau olahraga yang berlebihan, atau kombinasi dari perilaku-perilaku ini. Orang dengan bulimia nervosa mungkin terlihat sedikit kurus, memiliki berat badan normal, atau juga kelebihan berat badan.
Gejala dari bulimia nervosa meliputi:
- Radang kronis dan sakit tenggorokan
- Pembengkakan kelenjar ludah di daerah leher dan rahang
- Enamel gigi yang rusak dan gigi yang semakin sensitif dan membusuk akibat terkena asam lambung
- Gangguan refluks asam dan masalah gastrointestinal lainnya
- Gangguan usus dan iritasi akibat penyalahgunaan pencahar
- Dehidrasi parah akibat dari pengeluaran cairan yang berlebih
- Ketidakseimbangan elektrolit (terlalu rendah atau terlalu tingginya kadar natrium, kalsium, kalium, dan mineral lainnya) yang dapat menyebabkan stroke atau serangan jantung
- Gangguan makan berlebihan (binge eating disorder)
Binge-eating disorder adalah suatu kondisi di mana seseorang kehilangan kendali atas saat mereka makan dan memiliki episode berulang dari makan makanan dalam jumlah besar yang tidak biasa. Tidak seperti bulimia nervosa, periode makan berlebihan ini tidak diikuti dengan tindakan netralisir seperti olahraga yang berlebihan, atau puasa. Akibatnya, orang dengan gangguan makan berlebihan seringkali mengalami kelebihan berat badan atau obesitas. Binge-eating disorder adalah gangguan makan yang paling umum di dunia..
Gejala dari binge-eating disorder meliputi:
- Makan makanan dalam jumlah besar yang tidak biasa dalam jumlah waktu tertentu, seperti periode 2 jam
- Makan bahkan ketika merasa kenyang atau tidak lapar
- Makan cepat selama episode pesta
- Makan sampai merasa tidak nyaman dan kekenyangan
- Makan sendiri atau diam-diam untuk menghindari rasa malu
- Merasa tertekan, malu, atau bersalah tentang jumlah makanan yang sudah dimakan
- Sering berdiet, mungkin tanpa ada hasil penurunan berat badan
- Avoidant restrictive food intake disorder
Avoidant restrictive food intake disorder (ARFID), atau yang sebelumnya dikenal sebagai gangguan makan selektif, adalah suatu kondisi di mana seseorang membatasi jumlah atau jenis makanan yang dimakan. Tidak seperti anoreksia nervosa, orang dengan ARFID tidak memiliki citra tubuh yang rusak dan juga tidak memiliki ketakutan yang berlebihan terhadap kenaikan berat badan. ARFID paling sering terjadi pada masa kanak-kanak dan biasanya terjadi lebih awal daripada gangguan makan lainnya. Banyak anak mengalami fase memilih-milih makanan, tetapi seorang anak dengan ARFID tidak makan cukup kalori untuk tumbuh dan berkembang dengan baik, dan orang dewasa dengan ARFID tidak makan cukup kalori untuk mempertahankan fungsi dasar tubuhnya.
Gejala dari avoidant restrictive food intake disorder meliputi:
- Pembatasan dramatis terhadap jenis atau jumlah makanan yang dimakan
- Kurang nafsu makan atau kurangnya minat pada makanan
- Penurunan berat badan yang dramatis
- Sakit perut atau masalah pencernaan lainnya tanpa penyebab lain yang diketahui
- Pilihan makanan yang sudah terbatas yang menjadi lebih terbatas lagi dari sebelumnya (“pilih-pilih makanan” yang semakin memburuk)
Faktor Resiko dari Gangguan Makan
Gangguan makan dapat mempengaruhi orang-orang dari segala usia, latar belakang ras dan etnis, berat badan, dan jenis kelamin. Gangguan makan sering muncul selama masa remaja atau dewasa muda, tetapi juga dapat berkembang selama masa kanak-kanak.
Para peneliti menemukan bahwa gangguan makan disebabkan oleh interaksi kompleks faktor genetik, biologis, perilaku, psikologis, dan sosial. Para peneliti menggunakan teknologi dan ilmu pengetahuan terbaru untuk lebih memahami gangguan makan.
Salah satu pendekatan penelitian ini melibatkan studi gen manusia. Gangguan makan seringkali terjadi dalam keluarga. Para peneliti sedang bekerja untuk mengidentifikasi variasi DNA yang terkait dengan peningkatan risiko mengembangkan gangguan makan.
Studi pencitraan otak juga memberikan pemahaman yang lebih baik tentang gangguan makan. Sebagai contoh, para peneliti telah menemukan perbedaan pola aktivitas otak pada wanita dengan gangguan makan dibandingkan dengan wanita sehat. Jenis penelitian ini dapat membantu memandu pengembangan cara baru untuk diagnosis dan pengobatan gangguan makan.
Perawatan dan Terapi yang Dapat Dipertimbangkan untuk Penderita Gangguan Makan
Penting untuk mencari pengobatan dini untuk gangguan makan. Orang dengan gangguan makan memiliki risiko lebih tinggi untuk melakukan bunuh diri dan mengalami komplikasi medis. Orang dengan gangguan makan seringkali juga memiliki gangguan mental lain (seperti depresi atau kecemasan) atau masalah dengan penggunaan zat. Namun, pemulihan total dapat terjadi untuk penderita gangguan makan.
Rencana perawatan disesuaikan dengan kebutuhan setiap individu dan dapat mencakup satu atau lebih dari perawatan berikut:
- Psikoterapi individu, kelompok, dan keluarga
- Perawatan dan pemantauan medis
- Konseling nutrisi
- Obat-obatan
- Psikoterapi
- Terapi berbasis keluarga, sejenis psikoterapi di mana orang tua dari remaja dengan anoreksia nervosa memikul tanggung jawab untuk memberi makan anak mereka. Dari kasus-kasus yang sudah terjadi, hal ini sangat efektif dalam membantu penderita remaja menambah berat badan dan memperbaiki kebiasaan makan dan suasana hati.
Untuk mengurangi atau menghilangkan perilaku binge-eating dan purging, orang mungkin menjalani terapi perilaku kognitif (CBT), yang merupakan jenis psikoterapi lain yang membantu seseorang belajar bagaimana mengidentifikasi pola berpikir yang menyimpang atau tidak membantu dan mengenali serta mengubah keyakinan yang tidak akurat.
Apabila Anda atau anggota keluarga Anda membutuhkan bimbingan lebih lanjut untuk mengatasi berbagai bentuk dari gangguan makan, dapat mempertimbangkan untuk menggunakan jasa konsultasi dengan seorang psikolog atau psikiater yang berpengalaman untuk membantu secara profesional serta dengan kerahasiaan yang terjamin.
Image Source :
Image by jcomp on Freepik
Image by jcomp on Freepik