Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering mendengar istilah YOLO (You Only Live Once). Ungkapan ini sering digunakan sebagai alasan untuk menikmati hidup tanpa batas, belanja tanpa pikir panjang, mengambil keputusan impulsif, dan mencoba segala hal tanpa mempertimbangkan dampaknya. Namun, apakah benar YOLO harus diartikan seperti itu?
Di sisi lain, muncul konsep baru bernama YONO (You Only Need One), yang mengajarkan kita untuk lebih bijak dalam mengambil keputusan, termasuk dalam membeli barang dan menjalani gaya hidup. Keduanya mencerminkan dua sisi dari generasi Z, mereka yang hidup untuk menikmati momen, dan mereka yang mulai berpikir panjang untuk masa depan.
Nah, mana yang lebih baik? Apakah YOLO harus selalu dikaitkan dengan gaya hidup boros dan bebas? Atau justru bisa diubah menjadi sesuatu yang lebih bermanfaat? Yuk, kita bahas lebih dalam!
1. YOLO: Nikmati Hidup, Tapi Jangan Lupa Masa Depan
Konsep YOLO sering kali diartikan sebagai “hidup cuma sekali, jadi lakukan semuanya sekarang juga!” Banyak orang menggunakannya sebagai alasan untuk:
- Belanja impulsif → Beli barang mahal meski tidak terlalu butuh, karena takut “menyesal” nanti.
- Hidup tanpa batas → Makan seenaknya, begadang terus-menerus, atau melakukan hal-hal berisiko tanpa mempertimbangkan konsekuensi.
- Menunda perencanaan masa depan → Tidak mau menabung atau memikirkan karir dengan alasan “hidup ini harus dinikmati.”
Namun, sebenarnya YOLO tidak selalu berarti harus hidup tanpa aturan. Justru, jika diterapkan dengan cara yang lebih sehat, YOLO bisa menjadi motivasi untuk:
- Menggunakan waktu dengan lebih bijak → Misalnya, belajar skill baru atau membangun kebiasaan baik karena sadar bahwa waktu tidak bisa diulang.
- Mengejar impian dan pengalaman berharga → Traveling, belajar bahasa baru, atau mencoba hal baru yang benar-benar bisa membawa manfaat jangka panjang.
- Menjaga keseimbangan hidup → Menikmati momen sekarang tanpa mengabaikan tanggung jawab di masa depan.
Jadi, daripada YOLO digunakan sebagai alasan untuk hidup boros dan tanpa aturan, lebih baik menggunakannya sebagai motivasi untuk membuat hidup lebih berarti.
2. YONO: You Only Need One – Kesederhanaan Itu Keren
Jika YOLO sering dikaitkan dengan gaya hidup boros dan konsumtif, YONO (You Only Need One) justru mengajarkan kita untuk lebih selektif dan bijaksana dalam memilih sesuatu.
Konsep YONO menekankan bahwa kita tidak perlu banyak barang untuk merasa cukup. Sebaliknya, lebih baik memiliki sedikit barang yang berkualitas daripada menumpuk banyak barang yang tidak benar-benar dibutuhkan.
Contoh penerapan YONO dalam kehidupan sehari-hari:
Barang elektronik → Daripada gonta-ganti HP setiap tahun hanya karena tren, lebih baik beli satu yang benar-benar berkualitas dan bertahan lama.
Pakaian dan fashion → Pilih pakaian yang versatile dan nyaman, daripada menumpuk pakaian hanya karena mengikuti mode.Hubungan dan pertemanan → Tidak perlu memiliki banyak teman yang hanya sekadar kenal, lebih baik memiliki satu atau beberapa sahabat sejati yang benar-benar mendukung dan peduli.
Manfaat menerapkan YONO:
Menghemat uang dan mengurangi sikap konsumtif.
Lebih menghargai barang yang dimiliki, sehingga lebih merawatnya.
Mengurangi stres karena hidup tidak dipenuhi oleh barang-barang yang tidak perlu.
Di era digital seperti sekarang, di mana segala sesuatu bisa dibeli dengan mudah, menerapkan YONO bisa menjadi langkah bijak agar tidak terjebak dalam budaya konsumtif.

3. YOLO vs YONO: Mana yang Lebih Baik?
Sebenarnya, YOLO dan YONO bukanlah dua hal yang harus bertentangan. Keduanya bisa dikombinasikan untuk menciptakan keseimbangan hidup yang lebih baik.
Gunakan konsep YOLO untuk:
Mencoba pengalaman baru yang bisa memperkaya hidup.
Mengambil peluang yang bermanfaat untuk masa depan.
Menjalani hidup dengan penuh semangat dan tanpa rasa takut.
Gunakan konsep YONO untuk:
Belajar hidup lebih sederhana dan tidak boros.
Menghargai apa yang sudah dimiliki.
Menghindari keputusan impulsif yang nantinya disesali.
Contoh kombinasi yang baik:
- YOLO → “Aku akan traveling ke luar negeri karena pengalaman itu akan memberikanku wawasan baru.”
- YONO → “Tapi aku tidak akan membeli terlalu banyak barang selama traveling, cukup satu kenang-kenangan yang benar-benar bermakna.”
Dengan cara ini, kita bisa tetap menikmati hidup tanpa mengabaikan perencanaan masa depan dan tanggung jawab pribadi.
4. Mengajarkan Anak untuk Bijak dalam Menggunakan YOLO & YONO
Sebagai orang tua atau pendidik, kita perlu membantu anak-anak memahami keseimbangan antara menikmati hidup dan bertanggung jawab terhadap pilihan mereka.
Cara mengajarkan konsep YOLO yang sehat:
Ajarkan anak untuk memanfaatkan waktu dengan bijak (misalnya, belajar keterampilan baru atau mengejar impian mereka).
Ingatkan mereka bahwa YOLO bukan alasan untuk hidup sembarangan, tetapi justru menjadi motivasi untuk membuat pilihan yang lebih berarti.
Cara mengajarkan konsep YONO:
Ajak anak untuk lebih menghargai barang yang mereka miliki, bukan sekadar ingin membeli karena tren.
Ajarkan tentang kesederhanaan dan pentingnya memilih barang yang benar-benar dibutuhkan.
Dengan memahami kedua konsep ini, anak-anak bisa tumbuh menjadi individu yang seimbang, tidak takut mencoba hal baru, tetapi juga tidak mudah terjebak dalam budaya konsumtif.
Kesimpulan: Gunakan YOLO & YONO Secara Seimbang!
Kita tidak harus memilih antara YOLO atau YONO, keduanya bisa berjalan beriringan. Jadi, daripada hanya hidup untuk kesenangan sesaat, lebih baik memanfaatkan masa muda dengan cara yang lebih cerdas dan bermakna. Nikmati hidup, tapi tetap pikirkan masa depan!
Jika Anda merasa membutuhkan dukungan untuk menavigasi keadaan emosional dan meningkatkan kesejahteraan mental Anda, Anda dapat berkonsultasi dengan seorang psikolog atau konselor profesional untuk mendapatkan dukungan dan panduan lebih lanjut. Seorang konselor yang berpengalaman dapat membantu Anda dengan sesi konseling dan kerahasiaan yang terjamin.
Image Source :