Di era digital yang penuh dengan koneksi instan, generasi Z (Gen-Z) justru menghadapi tantangan besar: kesepian di tengah keramaian. Mereka memiliki akses tak terbatas ke media sosial, bisa terhubung dengan ribuan orang dalam hitungan detik, tetapi ironisnya, banyak dari mereka merasa lebih kesepian dibandingkan generasi sebelumnya.
Pada peringatan Hari Kesehatan Mental Sedunia, penting untuk memahami mengapa Gen-Z mengalami kesepian yang mendalam meskipun dunia semakin terkoneksi, serta bagaimana cara mengatasinya.
Kenapa Gen-Z Bisa Merasa Kesepian?
Kesepian bukan hanya tentang sendirian secara fisik, tetapi juga tentang merasa tidak dipahami, tidak memiliki ikatan emosional yang kuat, dan kehilangan kedalaman hubungan. Berikut beberapa alasan utama mengapa Gen-Z bisa merasa kesepian:
1. Media Sosial: Koneksi Tanpa Keintiman
Media sosial memungkinkan Gen-Z untuk selalu terhubung dengan teman-teman mereka, tetapi sering kali koneksi ini bersifat dangkal dan kurang bermakna.
- Banyak interaksi yang hanya sebatas like, share, atau komentar singkat tanpa komunikasi yang lebih mendalam.
- Ada tekanan untuk menampilkan versi terbaik dari diri sendiri, yang membuat orang lain merasa bahwa hidup mereka tidak sebaik orang lain.
- Algoritma media sosial membuat orang terjebak dalam konten yang membuat mereka semakin membandingkan diri sendiri, bukan membangun hubungan yang nyata.
Alih-alih merasa lebih dekat, Gen-Z justru semakin merasa sendirian karena mereka tidak memiliki hubungan yang benar-benar mendukung dan memahami mereka.
2. Tekanan untuk Sukses Sejak Dini
Gen-Z tumbuh di era di mana kesuksesan seringkali diukur dari seberapa produktif seseorang. Mereka merasa harus mencapai banyak hal sebelum usia tertentu, seperti:
- Prestasi akademik dan karier → Harus memiliki nilai tinggi, mendapatkan pekerjaan bergengsi, atau sukses sebagai entrepreneur.
- Ekspektasi sosial → Harus tampil sempurna di media sosial dan memiliki kehidupan sosial yang menarik.
- Finansial dan masa depan → Harus punya investasi, tabungan, dan perencanaan keuangan yang matang sejak usia muda.
Tekanan ini membuat mereka merasa terisolasi dan kewalahan, terutama jika mereka merasa tertinggal dibandingkan teman-temannya.
3. Kurangnya Ruang untuk Ekspresi Emosi yang Sehat
Banyak Gen-Z merasa kesulitan untuk mengekspresikan perasaan mereka dengan jujur.
- Takut dianggap lemah jika mengakui bahwa mereka sedang tidak baik-baik saja.
- Tidak ingin menjadi “beban” bagi orang lain dengan curhat terlalu banyak.
- Mengalami kesulitan menemukan orang yang benar-benar bisa dipercaya untuk berbagi cerita tanpa dihakimi.
Akibatnya, mereka memilih untuk menyimpan perasaan mereka sendiri, yang justru semakin memperparah rasa kesepian.
4. Kehidupan Digital Menggantikan Interaksi Nyata
Gen-Z lebih banyak menghabiskan waktu di dunia digital dibandingkan dunia nyata.
- Interaksi tatap muka semakin jarang, karena banyak komunikasi yang dilakukan melalui chat atau video call.
- Berkurangnya kebiasaan berkumpul secara langsung, seperti bermain di luar rumah, nongkrong bersama teman, atau melakukan aktivitas sosial.
Kurangnya interaksi langsung ini membuat mereka kehilangan sentuhan emosional yang hanya bisa didapatkan dari komunikasi tatap muka.

Bagaimana Cara Mengatasi Kesepian di Tengah Keramaian?
Meski tantangan ini nyata, bukan berarti tidak ada cara untuk mengatasinya. Berikut beberapa langkah yang bisa dilakukan Gen-Z untuk mengurangi kesepian dan membangun hubungan yang lebih bermakna:
1. Batasi Waktu di Media Sosial
Gunakan media sosial secara sadar dan sehat.
✔ Kurangi waktu scrolling tanpa tujuan.
✔ Berhenti membandingkan diri dengan kehidupan orang lain yang hanya terlihat sempurna di media sosial.
✔ Gunakan media sosial untuk membangun koneksi yang lebih berarti, misalnya dengan menghubungi teman lama atau berbicara lebih dalam dengan seseorang.
2. Bangun Hubungan yang Lebih Berkualitas
Daripada memiliki banyak kenalan tanpa kedekatan emosional, lebih baik fokus pada membangun beberapa hubungan yang lebih mendalam.
✔ Luangkan waktu untuk berbicara lebih dalam dengan teman-teman dekat.
✔ Jangan takut untuk menunjukkan kerentanan dan berbagi cerita yang lebih personal.
✔ Cobalah untuk lebih banyak berinteraksi secara langsung daripada hanya melalui chat.
3. Kurangi Tekanan untuk Selalu “Produktif”
Tidak semua waktu harus dihabiskan untuk mengejar kesuksesan.
✔ Nikmati momen kecil tanpa merasa bersalah.
✔ Beri ruang untuk diri sendiri agar bisa beristirahat dan mengisi ulang energi.
✔ Fokus pada perjalanan, bukan hanya tujuan akhir—karena setiap orang memiliki jalannya masing-masing.
4. Cari Kegiatan Offline yang Menyenangkan
Cobalah lebih banyak terlibat dalam aktivitas yang tidak melibatkan layar.
✔ Ikut komunitas atau kegiatan sosial yang sesuai dengan minat.
✔ Bertemu teman secara langsung, meskipun hanya untuk sekadar ngopi atau jalan santai.
✔ Melakukan hobi yang bisa membuat rileks, seperti melukis, membaca, atau bermain musik.
5. Jangan Takut Mencari Bantuan Profesional
Jika kesepian sudah berdampak pada kesehatan mental, jangan ragu untuk mencari bantuan.
✔ Bicaralah dengan psikolog atau konselor jika merasa kesulitan mengatasi perasaan sendiri.
✔ Jangan merasa malu untuk mencari support group yang bisa membantu.
✔ Ingat bahwa tidak ada yang salah dengan meminta bantuan—kesehatan mental sama pentingnya dengan kesehatan fisik.
Kesimpulan: Kesepian Bisa Dikalahkan dengan Kesadaran dan Aksi Nyata
Kesepian di tengah keramaian adalah tantangan besar bagi Gen-Z, tetapi bukan sesuatu yang tidak bisa diatasi. Kesadaran untuk membangun hubungan yang lebih bermakna, mengurangi ketergantungan pada media sosial, dan memberi ruang untuk diri sendiri adalah langkah penting untuk mengatasi kesepian ini.
Di Hari Kesehatan Mental Sedunia, mari kita mulai peduli pada perasaan sendiri dan juga perasaan orang di sekitar kita. Karena terkadang, seseorang yang terlihat bahagia di media sosial mungkin sedang mengalami kesepian yang tidak terlihat.
Jadi, yuk lebih peduli! Jangan ragu untuk memulai percakapan, bertanya kabar, dan membangun koneksi yang lebih tulus.
Jika Anda merasa membutuhkan dukungan untuk menavigasi keadaan emosional dan meningkatkan kesejahteraan mental Anda, Anda dapat berkonsultasi dengan seorang psikolog atau konselor profesional untuk mendapatkan dukungan dan panduan lebih lanjut. Seorang konselor yang berpengalaman dapat membantu Anda dengan sesi konseling dan kerahasiaan yang terjamin.
Image Source :