Di era digital seperti sekarang, kita sering menemukan anak-anak yang sangat aktif di dunia maya, tetapi pasif dan kikuk saat bersosialisasi secara langsung. Salah satu penyebabnya adalah game online seperti Roblox yang sangat populer di kalangan anak-anak dan remaja. Meski Roblox menawarkan kebebasan berekspresi, kreativitas, dan kerja sama tim dalam bentuk virtual, namun jika tidak diawasi, bisa berdampak pada kemampuan sosial anak di dunia nyata.
Anak Jadi Jago Bersosialisasi… di Dunia Virtual
Roblox memungkinkan anak-anak berinteraksi dengan pemain lain dari seluruh dunia. Mereka bisa berkomunikasi lewat chat, membuat kelompok, hingga bekerjasama membangun dunia virtual. Ini memang bentuk interaksi sosial, tapi yang berbasis layar, bukan tatap muka.
Masalahnya, ketika anak terlalu terbiasa dengan bentuk komunikasi ini, mereka bisa mengalami kesulitan saat harus berinteraksi langsung di kehidupan nyata. Contohnya: gugup saat harus menyapa orang baru, bingung merespons obrolan, atau enggan terlibat dalam kegiatan sosial secara langsung.
Hal ini disebut dengan istilah social awkwardness — ketika seseorang merasa canggung, tidak nyaman, atau tidak tahu bagaimana harus bersikap saat bersosialisasi secara langsung. Ini bukan kondisi yang harus dianggap sepele, apalagi jika mengganggu perkembangan sosial anak ke depannya.
Kenapa Ini Terjadi?
- Terbiasa dengan komunikasi satu arah: Di game online, komunikasi seringkali berbasis teks dan tidak membutuhkan ekspresi wajah atau bahasa tubuh.
- Zona nyaman virtual: Dunia maya menawarkan kontrol yang lebih besar. Anak bisa memilih kapan dan bagaimana mereka ingin terlibat.
- Minim latihan sosial nyata: Kurangnya interaksi langsung membuat anak kehilangan kesempatan melatih keterampilan sosial penting seperti empati, mendengarkan, dan kompromi.
- Overstimulasi digital: Paparan layar yang berlebihan juga dapat membuat otak anak kurang responsif terhadap stimulasi sosial yang lebih “tenang” di dunia nyata.

Saatnya Fokus ke Social Learning!
Daripada melulu menyalahkan Roblox atau game digital lainnya, orang tua perlu mengalihkan fokus ke pendekatan social learning — mengajarkan anak melalui interaksi sosial nyata dan memberi contoh dalam kehidupan sehari-hari.
1. Sediakan Waktu Khusus untuk Interaksi Nyata
Buat rutinitas mingguan seperti piknik keluarga, main bersama tetangga, atau mengunjungi saudara. Anak akan belajar bahwa dunia nyata juga menyenangkan dan layak dieksplorasi.
2. Batasi Screen Time Dengan Timer
Gunakan timer untuk membantu anak membatasi waktu bermain game. Misalnya, hanya boleh main Roblox maksimal 1 jam setelah menyelesaikan PR dan membantu pekerjaan rumah. Ini sekaligus mengajarkan manajemen waktu.
3. Libatkan Anak dalam Aktivitas Sosial
Daftarkan mereka dalam kegiatan yang melibatkan tim seperti olahraga, klub seni, atau kelas musik. Anak jadi terbiasa berkomunikasi dan bekerjasama dalam situasi nyata.
4. Berikan Role-Play atau Simulasi Percakapan
Ajak anak bermain peran, seperti berpura-pura menjadi kasir dan pembeli, atau guru dan murid. Aktivitas ini bisa meningkatkan rasa percaya diri anak saat berkomunikasi.
5. Tunjukkan Teladan Positif
Anak belajar dari apa yang mereka lihat. Jika orang tua sering menyapa tetangga, aktif dalam komunitas, atau mudah berinteraksi, anak akan meniru sikap tersebut.
Roblox Bukan Musuh, Tapi Harus Seimbang
Roblox dan game digital bukan musuh. Justru, dalam porsi yang tepat, game bisa jadi media eksplorasi yang positif. Namun, interaksi sosial nyata tetap tak tergantikan. Dunia virtual tidak mengajarkan anak bagaimana membaca ekspresi wajah, bahasa tubuh, atau bagaimana mengelola konflik dengan benar.
Agar anak tidak tumbuh menjadi pribadi anti-sosial, orang tua harus menciptakan keseimbangan antara dunia digital dan dunia nyata. Fokus pada social learning bukan berarti melarang anak bermain game, tapi lebih kepada mengajarkan anak tentang pentingnya hadir secara utuh dalam kehidupan sosial nyata.
Jika Anda membutuhkan arahan untuk membimbing anak-anak Anda di era modern seperti sekarang ini, Anda dapat berkonsultasi dengan seorang psikolog atau konselor profesional untuk mendapatkan dukungan dan panduan lebih lanjut. SOA memiliki program Social Smart Class yang dapat mendukung anak Anda dengan cara yang tepat untuk bersosialisasi. Seorang konselor yang berpengalaman dapat membantu Anda dan anak Anda dengan sesi konseling dan kerahasiaan yang terjamin.
Image Source: