Seringkali kita mendengar kalimat, “Namanya juga anak-anak, wajar nakal.” Kalimat ini memang terdengar bijak dan penuh pengertian. Namun, jika dimaklumi terus-menerus tanpa pendampingan dan pengarahan yang tepat, justru bisa menjadi bom waktu dalam tumbuh kembang anak.
Tentu, anak-anak adalah makhluk yang sedang belajar. Mereka belum sepenuhnya mengerti batasan sosial, belum memiliki kontrol emosi yang matang, dan masih mengembangkan kemampuan berkomunikasi serta bersosialisasi. Namun, jangan sampai dalih “wajar karena masih kecil” justru membuat kita lengah dan mengabaikan perilaku yang perlu dibentuk sejak dini.
Berikut ini kita bahas lebih dalam kenapa penting untuk tidak membiarkan “kenakalan anak” menjadi kebiasaan buruk yang terbentuk permanen.
1. Anak Memahami Pola Melalui Reaksi Orang Dewasa
Anak-anak belajar tentang dunia melalui pengamatan dan pengalaman. Ketika mereka melakukan sesuatu yang salah, lalu orang dewasa hanya tersenyum dan berkata, “Ah, nggak apa-apa, masih kecil ini,” maka anak belajar bahwa perilaku itu bisa diterima.
Misalnya, anak memukul temannya saat marah. Jika orang tua hanya berkata, “Namanya juga anak-anak, nanti juga lupa,” tanpa mengarahkan bahwa memukul adalah perilaku yang tidak boleh diulang, maka anak tidak mendapat batasan yang jelas. Hal ini akan mengaburkan nilai benar dan salah dalam persepsi mereka.
2. Kebiasaan Terbentuk dari Pengulangan, Bukan Sekali Perilaku
Satu tindakan tidak akan membentuk karakter. Namun, perilaku yang dibiarkan berulang tanpa koreksi bisa menjadi kebiasaan. Saat anak sering dibebaskan dari tanggung jawab atas perilakunya, mereka tumbuh tanpa belajar konsekuensi.
Contoh sederhana, anak suka berteriak dan mengganggu saat orang dewasa berbicara. Jika hal ini dianggap lucu saat anak berusia 3 tahun, tapi terus dibiarkan hingga usia 6–7 tahun, maka ia akan kesulitan beradaptasi di lingkungan sekolah dan bisa dianggap “anak yang sulit diatur.”
3. Beda Antara Aktif, Kreatif, dan Tidak Disiplin
Banyak anak yang aktif, suka bergerak, dan penuh imajinasi. Tapi aktif dan nakal adalah dua hal yang berbeda. Anak yang kreatif bukan berarti bebas berteriak di mana pun, mencoret dinding rumah orang, atau merebut mainan temannya tanpa meminta izin.
Perilaku seperti ini butuh dibimbing, bukan dimaklumi. Anak perlu tahu bahwa ada aturan sosial yang harus dipatuhi, bukan karena mereka dikekang, tapi agar mereka bisa diterima dan berfungsi dengan baik di lingkungan sosial.

4. Melatih Anak Mengelola Emosi Sejak Dini Itu Penting
Kenakalan anak seringkali berasal dari emosi yang tidak terkelola, seperti marah, iri, takut, atau kecewa. Daripada hanya membenarkan perilakunya karena usia, lebih baik bantu mereka mengenali dan menamai emosinya.
Contoh kalimat:
- “Kamu marah ya karena mainannya diambil? Yuk, kita bilang baik-baik ke temanmu.”
- “Kalau kamu kesal, coba tarik napas dulu, ya.”
Dengan cara ini, anak belajar bahwa emosi itu wajar, tapi ada cara yang tepat untuk mengekspresikannya.
5. Memahami Bukan Berarti Membiarkan
Menjadi orang tua yang memahami anak bukan berarti membiarkan semua perilaku anak berjalan tanpa kontrol. Empati tetap harus diimbangi dengan ketegasan.
Anak yang dimengerti perasaannya, tetapi juga diarahkan dengan konsisten, akan tumbuh jadi anak yang:
- Punya batasan yang jelas
- Mengerti tanggung jawab
- Bisa membedakan mana yang bisa diterima dan mana yang tidak
Kesimpulan: Arahkan, Bukan Hanya Dimaklumi
Memang benar, anak-anak sedang dalam proses belajar dan mengeksplorasi dunia. Tapi proses belajar itu perlu pendampingan dan pengarahan yang konsisten.
Dengan begitu, kita sedang menyiapkan mereka menjadi pribadi yang mandiri, berkarakter, dan siap menghadapi kehidupan sosial dengan sehat.
Jadi, mulai sekarang, jangan asal bilang “namanya juga anak-anak,” tapi tanyakan juga:
“Apa yang bisa aku ajarkan dari kejadian ini?”
Karena pendidikan karakter dimulai bukan dari usia tertentu, tapi dari setiap momen yang kita pilih untuk membimbing mereka.
Jika Anda membutuhkan arahan untuk membimbing anak-anak Anda, Anda dapat berkonsultasi dengan seorang psikolog atau konselor profesional untuk mendapatkan dukungan dan panduan lebih lanjut. Seorang konselor yang berpengalaman dapat membantu Anda dan anak Anda dengan sesi konseling dan kerahasiaan yang terjamin.
Image Source :