Di era serba digital saat ini, kita mulai menyaksikan fenomena yang cukup mengkhawatirkan: anak-anak semakin jarang bersosialisasi secara langsung. Mereka lebih nyaman berada di depan layar, bermain game atau scrolling media sosial, daripada bermain dan berinteraksi langsung dengan teman sebayanya. Sekilas tampak tidak masalah—anak tetap terhibur, tidak rewel, dan tampak “baik-baik saja.” Namun, apakah benar begitu?
Tanpa disadari, anak yang terbiasa menghindar dari pertemanan langsung bisa berkembang menjadi pribadi yang lebih sensitif, mudah tersinggung, dan cenderung baperan (bawa perasaan). Mengapa ini bisa terjadi?
Kurangnya Interaksi Sosial Menghambat Latihan Emosi
Berteman secara langsung bukan hanya soal bermain, tapi juga arena latihan sosial dan emosional yang sangat penting. Anak belajar:
- bagaimana mengelola konflik kecil,
- bagaimana menunggu giliran,
- bagaimana mengutarakan pendapat,
- dan bagaimana menyesuaikan diri dalam kelompok.
Tanpa latihan ini, anak jadi minim pengalaman menghadapi perbedaan dan tantangan sosial secara sehat. Maka, ketika suatu saat menghadapi kritik, bercandaan, atau perbedaan opini, anak bisa langsung merasa diserang, tidak dihargai, atau bahkan menarik diri lebih jauh.
Dari sinilah sikap baper sering muncul.
Dunia Maya Tidak Memberi Umpan Balik yang Sehat
Anak yang lebih banyak berinteraksi di dunia maya juga lebih terbiasa dengan lingkungan yang bisa dikontrol penuh. Saat tidak nyaman, tinggal blokir. Saat tidak suka, tinggal keluar grup. Tidak ada proses untuk belajar menyelesaikan masalah bersama-sama.
Akibatnya, anak jadi tidak terbiasa menerima penolakan, kritik, atau sekadar bercandaan yang tidak sesuai ekspektasinya. Maka wajar jika ketika mereka menghadapi dunia nyata yang tidak selalu sesuai harapan, mereka merasa tidak siap dan akhirnya cenderung baper.
Menghindari Berteman = Menghindari Tumbuh
Teman bukan hanya pelengkap masa kecil. Mereka adalah bagian penting dalam pembentukan karakter, empati, dan ketahanan mental anak. Anak yang punya hubungan sosial yang sehat cenderung:
- lebih percaya diri,
- lebih mudah mengelola emosi,
- dan lebih adaptif dalam menghadapi tantangan.
Sebaliknya, anak yang menghindari pertemanan sering merasa kesepian, salah paham terhadap maksud orang lain, dan lambat laun bisa mengembangkan pola pikir negatif seperti “semua orang gak suka aku.”

Lalu, Apa yang Bisa Dilakukan Orang Tua?
1. Perhatikan Tanda Anak Menarik Diri
Jika anak mulai menolak bermain dengan teman, lebih memilih sendiri, atau gampang marah saat diajak bergaul, jangan diabaikan. Itu bisa jadi sinyal bahwa anak merasa tidak nyaman atau cemas dalam pergaulan.
2. Fasilitasi Interaksi Sosial Bertahap
Tidak harus langsung pesta ulang tahun besar-besaran. Cukup ajak satu atau dua teman ke rumah, atau ajak anak ke taman bermain dan biarkan ia mengamati dan perlahan ikut terlibat.
3. Latih Anak Mengenal dan Mengelola Emosi
Ajarkan anak mengenal perasaannya sendiri. Misalnya, “Kamu sedih karena temanmu tidak mau main ya?” Dengan begitu, anak belajar menamai emosinya, bukan hanya merasa ‘tidak enak’ yang kemudian meledak jadi baper.
4. Ajarkan Skill Sosial Secara Aktif
Berteman itu bukan bakat, tapi keterampilan yang bisa dipelajari. Anda bisa melatih anak cara menyapa, memulai percakapan, atau mengajak bermain. Roleplay atau cerita fiksi bisa sangat membantu.
5. Pertimbangkan Pendampingan Profesional
Jika anak terlihat kesulitan beradaptasi sosial dalam jangka waktu lama, bisa jadi perlu bantuan lebih lanjut. Konseling anak bisa membantu menggali akar masalah sekaligus membangun kembali kepercayaan dirinya. SOA memiliki program Social Smart Class yang dapat mendukung anak Anda dengan cara yang tepat untuk bersosialisasi.
Kesimpulan
Ketika anak menghindar dari pertemanan, bukan hanya relasi sosial yang hilang, tapi juga fondasi emosionalnya yang rentan terganggu. Anak bisa menjadi pribadi yang lebih rapuh, sensitif, dan mudah baper karena kurangnya pengalaman menghadapi dinamika sosial secara langsung.
Peran orang tua sangat krusial dalam mengembalikan keseimbangan ini. Jangan biarkan anak tenggelam dalam dunia digital hingga kehilangan kemampuan paling dasar sebagai manusia: bersosialisasi. Saatnya bantu anak tumbuh dengan kepekaan sosial dan kekuatan emosional yang sehat.
Jika Anda membutuhkan arahan untuk membimbing anak-anak Anda di era modern seperti sekarang ini, Anda dapat berkonsultasi dengan seorang psikolog atau konselor profesional untuk mendapatkan dukungan dan panduan lebih lanjut. Seorang konselor yang berpengalaman dapat membantu Anda dan anak Anda dengan sesi konseling dan kerahasiaan yang terjamin. Dan bila diperlukan, silahkan mendaftarkan anak anda pada program Social Smart Class yang dapat mendukung anak Anda dengan cara yang tepat untuk bersosialisasi.
Image Source :