Setiap orang tua tentunya menginginkan anak mendapatkan pengalaman terbaik di sekolah. Sekolah memang seharusnya menjadi tempat belajar dan bermain bersama untuk anak-anak. Namun, ironisnya juga menjadi tempat dimana bullying kerap terjadi. Bullying di sekolah biasanya disebabkan oleh satu individu atau kelompok siswa yang menindas atau mengucilkan individu siswa lainnya. Lalu, apa yang harus dilakukan jika anak Anda ternyata jadi korban bullying? Temukan solusinya di sini.
Ciri-ciri Anak yang Menjadi Korban Bullying
Menurut psikolog Hanlie Muliani M. Psi, korban bullying cenderung tidak menunjukkan bahwa ia sedang mengalami perundungan. Bahkan, pada anak yang memiliki hubungan baik dengan orang tua sekalipun, mereka belum tentu akan berterus terang. Alasannya, bisa jadi karena mereka malu dengan fakta bahwa mereka menjadi target bullying.
Namun, anak yang mengalami bullying biasanya akan menunjukkan perubahan perilaku. Jika Anda menyadari perubahan perilaku berikut pada anak, akan lebih baik jika Anda mulai mengajaknya berbicara:
- Anak yang semula memiliki karakter ceria berubah menjadi pendiam dan sering murung
- Anak menghindari interaksi sosial dalam bentuk apapun
- Anak terlihat enggan bercerita tentang pengalamannya di sekolah atau memiliki reaksi yang emosional
- Anda mendapatkan laporan dari guru bahwa anak sering membolos sekolah
- Anak mengalami kesulitan berkonsentrasi di sekolah
- Anak terlihat enggan untuk pergi ke sekolah
- Anak sering mengeluh sakit kepala atau sakit perut setiap akan berangkat ke sekolah
- Anak tidak bisa tidur nyenyak atau mengalami gangguan tidur
- Anak terlihat sangat terpaku dengan perangkat smartphone, atau bahkan terlihat mengabaikan gadgetnya (sering terjadi pada kasus cyberbullying)
- Pakaian anak robek atau terdapat luka-luka memar di bagian tubuhnya.
Anak yang mengalami bullying terus-menerus tanpa adanya dukungan atau intervensi dari orangtua dan guru bisa menunjukkan:
- Tanda-tanda depresi hingga kecenderungan untuk menyakiti diri sendiri
- Memiliki kepercayaan diri yang rendah
- Memiliki keinginan untuk bunuh diri. Dalam kasus yang parah, ia bahkan tidak ragu-ragu untuk mengakhiri hidupnya.
Ini Karakteristik dari Bullying
Ada kalanya orangtua dan guru tidak melakukan intervensi tepat waktu dikarenakan beberapa hal. Salah satunya, mereka menganggap bahwa yang terjadi hanyalah sebatas konflik biasa antara anak-anak. Di situlah Hanlie Muliani menyatakan bahwa ada 4 karakteristik yang ditemukan di semua kasus bullying. Mengetahui 4 karakteristik berikut akan sangat membantu Anda dalam mencegah bullying yang semakin parah:
- Bullying ditandai dengan adanya agresi
Di semua kasus bullying, pelaku sudah pasti menunjukkan tanda-tanda agresi pada korbannya. Agresi tersebut bisa saja terlihat sangat samar dan pasif. Misalnya, lirikan sinis atau tindakan mengucilkan. Atau, bisa juga dalam bentuk yang lebih frontal. Dalam hal ini, pelaku bisa saja mengolok-olok kondisi fisik atau mental korban. Tak jarang, pelaku juga menunjukkan perilaku agresif lainnya, seperti menendang atau memukul korban.
- Adanya perbedaan kekuatan yang tidak seimbang antara pelaku dengan korban
Selain itu, bullying juga umumnya menunjukkan perbedaan power yang timpang. Misalnya, pelaku merupakan kakak tingkat atau merupakan siswa yang lebih dulu bersekolah di sana. Sedangkan, anak Anda merupakan anak baru atau merupakan adik kelas. Perbedaan tersebut juga bisa terlihat ukuran badan maupun jumlah orang yang berpartisipasi di dalamnya. Misalnya, pelaku memiliki tubuh yang lebih besar dibandingkan korban. Atau, justru sebaliknya. Korban memiliki badan yang lebih besar, namun jumlah pelaku lebih banyak.
- Adanya rasa puas setelah pelaku melakukan bullying
Konflik antara kedua anak akan membuat kedua belah pihak merasa tidak nyaman. Akan tetapi, pada kasus bullying, hanya korban yang dihinggapi rasa tidak nyaman hingga takut. Sedangkan, pihak pelaku bullying justru merasa puas setelah menindas korbannya.
- Adanya repetisi dari tindakan bullying tersebut
Ketika anak Anda terlibat konflik dengan teman sepermainannya, pertengkaran tersebut tentu hanya akan terjadi satu atau dua kali saja. Sedangkan, bullying cenderung menunjukkan repetisi atau pengulangan. Pelaku bullying akan melakukan hal yang sama setiap hari terhadap korbannya.
Cara Mengatasi Anak yang Menjadi Korban Bullying
Korban bullying sangatlah jarang untuk memberitahu seseorang atas kejadian yang menimpanya. Mereka cenderung malu untuk mengungkapkan hal tersebut karena takut akan terlihat lemah. Selain itu, mereka juga takut bahwa tindakan bullying yang dilakukan teman sekelasnya akan menjadi semakin parah.
Namun, mereka biasanya akan menunjukkan tanda-tanda, seperti berkata “aku tidak ingin pergi ke sekolah hari ini”. Jika hal tersebut sering dilontarkan, jangan terburu-buru untuk memarahinya. Berikut adalah beberapa hal yang bisa Anda lakukan saat tahu si kecil menjadi korban bullying:
- Menjadi Pendengar yang Baik untuk Anak
Ketika anak memutuskan untuk bercerita kepada Anda mengenai bullying yang diterimanya, Anda termasuk orang yang beruntung. Tentunya, anak tidak akan bersedia untuk bercerita jika ia merasa tak nyaman terhadap lawan bicaranya. Selebihnya, jadilah pendengar yang baik dengan menyimak cerita anak. Jangan lupa untuk memperluas rasa empati dan mengurangi rasa ingin menghakimi saat berbicara mengenai isu sensitif ini bersama anak.
- Hindari Menyuruh Anak untuk Melawan Balik
Mengajari anak untuk stand up dan asertif melindungi diri adalah baik. Salah satu kesalahan yang paling sering dilakukan guru dan orangtua adalah menyuruh anak yang dibully untuk melawan balik. Perlu dipahami bahwa bullying menempatkan korban pada kondisi mental yang lemah. Terlebih, apabila pelaku berjumlah lebih dari satu orang. Sehingga, menyuruh agar mereka melawan balik hanya akan membuat anak Anda merasa semakin tertekan. Terlebih lagi, karena mereka takut pelaku bullying akan semakin menjadi-jadi.
- Konfrontasi Langsung kepada Pelaku Bullying atau Orang Tuanya Sangat Tidak Disarankan
Anda mungkin mengira bahwa dengan ikut terjun ke dalam peristiwa yang dialami anak akan menjadi bantuan yang ia butuhkan. Faktanya, anak cenderung enggan untuk menceritakan kasus bullying kepada orangtua atau gurunya karena takut akan adanya konfrontasi.
Konfrontasi langsung terhadap pelaku bullying atau memanggil orang tuanya hanya akan membuat pelaku semakin menaruh dendam terhadap korbannya. Sehingga, besar kemungkinan perilaku bullying tersebut akan menjadi semakin parah.
- Besarkan Hati Anak Bahwa Bullying yang Terjadi Bukan Kesalahannya
Anak yang menjadi korban bullying biasanya akan merasa bahwa ada yang salah dengan dirinya. Walaupun, tentunya motif dari bullying itu sendiri sebenarnya bersumber dari pelaku. Hal itulah yang harus Anda tanamkan kepada si kecil. Bahwa, ia tidak bersalah atas bullying yang menimpanya.
Justru, pelaku bullying lah yang sebenarnya memiliki masalah dengan diri mereka dan tidak bisa berdamai dengan hal itu. Sehingga, anak Andalah yang terkena getahnya. Dengan pemahaman itu, diharapkan anak akan menjadi lebih kuat secara mental saat menghadapi pelaku bullying.
- Jangan Ragu-ragu Meminta Bantuan Bimbingan Konseling
Ada kalanya, anak-anak yang mengalami bullying membutuhkan bantuan profesional. Anda bisa membawa anak ke lembaga bimbingan konseling yang terpercaya. SOA misalnya, merupakan lembaga psikologi ternama di Serpong yang menyediakan layanan khusus untuk membantu para korban bullying.
Konselor yang berpengalaman akan membantu anak Anda dalam menghadapi kasus bullying yang dihadapinya. Dampak mental yang disebabkan oleh bullying juga akan ditangani dengan baik.Menghentikan bullying memang menjadi PR besar bagi tenaga pendidik dan orangtua. Mendampingi korban, mengembangkan empati anak dan mengubah mindset para pelaku bullying menjadi kunci untuk memutus rantai kekerasan di sekolah. Supaya, semua anak bisa menikmati kegiatan belajar mengajar dan bergaul secara sehat di sekolah.
Image Source:
School bullying photo created by master1305 – www.freepik.com
School bullying photo created by master1305 – www.freepik.com
Bagus sekali menambah wawasan
Halo Ibu Diana, terimakasih bu semoga artikel ini bermanfaat.