Bullying merupakan tindakan kekerasan dan bersifat menekan yang dilakukan oleh satu individu atau golongan ke individu tertentu. Sekolah yang seharusnya menjadi tempat belajar dan tempat bergaul yang nyaman justru sering menjadi lokasi terjadinya bullying. Saat melihat kasus bullying, mau tak mau tentunya Anda akan berpikir, “apa yang ada di pikiran anak-anak yang menjadi pelaku bullying?”. Anda akan menemukan jawabannya di sini.
Alasan Anak Melakukan Bullying
Dalam kasus bullying, kebanyakan orang dewasa dibuat terhenyak dengan aksi para pelaku bully yang berusia masih sangat kanak-kanak. Faktor utama apa sajakah yang menjadi faktor penyebab dari anak-anak yang berubah menjadi seorang bully?
- Kesulitan dalam Menerima Perbedaan
Saat anak masuk ke sekolah, di sanalah ia belajar bersosialisasi. Otomatis, anak akan berusaha mencari teman-teman yang mirip dengannya, baik dari segi hobi maupun karakter. Terlebih, jika ia dibesarkan di keluarga yang homogen.
Namun, anak juga akan menemukan bahwa ada banyak sekali teman-temannya yang berbeda darinya. Baik dari segi penampilan fisik, ras atau etnis, status sosial ekonomi keluarga dan juga teman dengan disabilitas. Kurangnya pemahaman dalam cara menanggapi perbedaan dapat membuat ia bertindak agresif terhadap anak yang berbeda darinya tersebut.
- Merasa bahwa Tindakan bullying merupakan Caranya untuk Bersenang-senang
Psikolog yang sekaligus menjadi pendiri dari lembaga SOA yaitu Hanlie Muliani M. Psi mengatakan bahwa pelaku bullying, terutama laki-laki, biasanya menganggap tindakan mereka sebagai bagian dari bercanda saja. Dalam benak mereka, mereka hanyalah bersenang-senang bersama teman-temannya. Tentu saja, tanpa mereka sadari hal tersebut mengakibatkan hati salah satu temannya terluka. Ini biasanya terwujud dalam bentuk memberikan julukan berdasarkan bentuk fisik maupun ejekan dan cemooh. Alasan ini lebih khas terjadi pada anak laki-laki.
- Merasa Iri Hati
Anak-anak yang memiliki obsesi dengan kontrol memiliki potensi lebih besar menjadi pelaku bullying. Mereka seringkali merasa harus menjadi yang terbaik dan terpopuler di sekolahnya. Begitu ada anak dengan kelebihan di atas mereka, pelaku bullying akan merasa terancam. Sehingga, mereka akan melakukan tindakan intimidasi atau kekerasan terhadap korban. Menurut Hanlie Muliani, motif iri hati umumnya kerap terjadi di kalangan anak perempuan.
Faktor-faktor lainnya yang dapat menjadi penyebab anak melakukan bullying:
- Pelaku Bullying Juga Pernah Dibully
Siapa yang menyangka bahwa pelaku bullying juga bisa saja menjadi korban bullying sebelumnya. Korban bullying tentunya merasa bahwa ia kehilangan kontrol atas apa yang menimpanya. Tidak semua anak bisa berubah menjadi pribadi yang lebih berempati setelah insiden tersebut. Ada kalanya, anak yang mengalami bullying berusaha mengambil alih kembali kontrol atas dirinya dengan melanjutkan trauma tersebut ke anak lain.
- Pelaku Bullying Dibesarkan di Keluarga yang Penuh Kekerasan
Faktor KDRT juga bisa menjadi penyebab anak menjadi bully di luar rumah. Apabila ia dibesarkan di tengah-tengah keluarga yang penuh konflik dan penuh kekerasan. Maka, ia akan menganggap bahwa kekerasan akan menjadi solusi dari semua masalah. Atau, bisa juga pelaku merupakan korban kekerasan dari orangtuanya. Di rumah, ia bisa saja merasa lemah dan tak berdaya. Begitu ia berada di luar rumah, ia berusaha menunjukkan kekuatannya di depan anak-anak yang lebih lemah agar ia sendiri merasa kuat.
- Perilaku Bawaan dari Caranya Berinteraksi dengan Saudara Kandung
Pelaku bullying bisa saja mempelajari pola kekerasan tersebut dari interaksinya bersama saudara. Apabila ia merupakan anak sulung, maka kemungkinan ia menjadi penindas bagi adik-adiknya. Atau, justru sebaliknya. Ialah yang ditindas oleh saudaranya. Pola yang ia pelajari di rumah akan terbawa saat anak berada di sekolah.
- Anak sedang Mencari Perhatian Orangtuanya
Anak yang tumbuh di tengah-tengah keluarga yang berkonflik, misalnya orangtua bercerai atau terus-menerus bertengkar, bisa saja berusaha mencari agar mereka diperhatikan. Bahkan, dengan cara yang tidak terpuji sekalipun. Salah satunya adalah dengan menjadi pelaku bullying.
Cara Mencegah Anak Menjadi Pelaku Bullying
Sebagai orangtua, tentunya Anda tidak ingin anak tumbuh menjadi seorang penindas. Anda tentunya tidak bisa mengawasi anak 100% selama ia berada di sekolah. Namun, ada beberapa cara yang bisa dilakukan agar ia tidak menjadi seorang bully. Yaitu:
- Tunjukkan pada Anak Keindahan dari Perbedaan
Anak yang menjadi bully seringkali menganggap perbedaan adalah hal yang aneh atau lucu. Akan tetapi, Anda bisa menanamkan hal yang sebaliknya. Anda bisa mengajak anak untuk mengikuti kegiatan pertukaran budaya. Sehingga, ia bisa mengenal berbagai perbedaan etnis, suku, dan agama yang ada di sekitarnya.
Mengajak anak bergaul dengan anak-anak yang menyandang disabilitas juga bisa menjadi cara untuk mengajarkan bahwa setiap orang berbeda-beda. Semakin familier dia dengan perbedaan, maka ia akan lebih bisa bertoleransi terhadap teman-temannya yang berbeda darinya.
- Tumbuhkan Rasa Empati di Hati Anak
Anda bisa membuat perubahan dengan mengajarkan rasa empati pada anak sejak dini. Ajarkan bahwa anak harus berperilaku baik kepada siapapun sebagaimana ia ingin diperlakukan.
Tentunya, tidak ada anak yang ingin ditendang, dipukul, atau dicemooh akibat kekurangan yang dimilikinya. Cara bercanda pun sebaiknya juga memperhatikan reaksi dari lawan bicaranya. Karena, hanya karena anak merasa tidak masalah dengan panggilan tertentu. Bukan berarti temannya juga merasakan hal yang sama.
- Ajarkan Mindset bahwa Penampilan dan Kesempurnaan Bukanlah Segalanya
Anak-anak, terutama perempuan, seringkali merasa terobsesi dengan sensasi menjadi populer. Bahkan, sampai pada tahap ia rela melakukan apapun itu untuk mempertahankan tahtanya. Hal yang perlu Anda tanamkan adalah menjadi populer dan sempurna bukanlah segalanya.
Masing-masing anak tentunya memiliki kelebihan dan kekurangan. Anak Anda pun pastinya memiliki poin kekurangan yang dimiliki anak lain. Daripada bersaing, tanamkan bahwa saling mengapresiasi kelebihan dan melengkapi kekurangan adalah kunci menuju pertemanan yang indah.
- Berikan Perhatian yang Positif pada Anak
Anak yang mendapatkan perhatian yang sehat dan cukup tidak akan mencari perhatian dengan cara negatif di luar sana. Selalu luangkan waktu bersama anak dan berikan perhatian dan apresiasi pada tindakan positif yang ia lakukan. Sebaliknya, tegurlah anak dengan tegas jika ia membuat kesalahan.
- Ajak Anak untuk Mengikuti Kegiatan Bakti Sosial
Mengikuti acara bakti sosial bisa menjadi cara untuk mencontohkan perilaku yang baik dan penuh empati pada anak. Anak juga akan belajar berinteraksi dengan anak-anak seusianya yang kurang beruntung. Perilaku kebaikan ini juga sebaiknya tidak berhenti di luar rumah saja. Anda juga harus menanamkan bahwa semua anggota keluarga harus memperlakukan satu sama lain dengan rasa hormat. Baik dari orangtua ke anak, ibu ke ayah, maupun kakak ke adik. Dengan begitu, anak pun akan membawa sikap baik dan hubungan sehat tersebut hingga ke luar rumah.
Curiga anak Anda menjadi seorang bully? Terkadang, intervensi dari konselor berpengalaman dibutuhkan untuk membantu mengubah perilaku menyimpang dari pelaku bullying. Anda juga bisa membaca buku karangan Hanlie Muliani M. Psi yang berjudul “Why Children Bully”. Dari buku tersebut, Anda bisa mempelajari lebih jauh mengenai cara untuk menghentikan lingkaran setan bullying.
Image Source :
Women together photo created by rawpixel.com – www.freepik.com
School bullying photo created by gpointstudio – www.freepik.com