Baru-baru ini, PGSD ISB bersama SOA berhasil menyelenggarakan sebuah kolaborasi internasional — sebuah langkah strategis untuk memperkuat kompetensi para guru dan civitas akademika. Inisiatif ini bertujuan menegaskan peran penting dukungan psikologis dalam dunia pendidikan, baik bagi tenaga pendidik maupun siswa.
Sebagai bagian dari program ini, berbagai sesi pelatihan dan workshop digelar, menggabungkan pendekatan edukatif dan psikologis, guna membekali para guru dan akademisi agar siap mendampingi siswa — tidak hanya dari segi akademik, tetapi juga dari aspek kesehatan mental dan emosional. Bu Hanlie, dalam kapasitasnya di SOA, menjadi narasumber sekaligus fasilitator dalam kolaborasi ini, berbagi wawasan tentang pentingnya literasi psikologis di lingkungan sekolah.
Fokus pada Dukungan Psikologis: Mengapa Ini Penting
Dalam banyak sistem pendidikan, perhatian terhadap aspek psikologis siswa sering terlupakan — fokus utama biasanya pada prestasi akademik, nilai, dan hasil ujian. Melalui kolaborasi ini, kami bersama PGSD ISB ingin mengubah paradigma tersebut: kesehatan mental harus dipandang setara dengan kebutuhan pendidikan.
Para guru dan staf akademik dibekali pemahaman bahwa:
- Anak dan remaja menghadapi tekanan — baik dari tugas, tatanan sosial, maupun dinamika emosional — yang bisa mempengaruhi perkembangan mereka secara menyeluruh.
- Peran guru bukan sekadar sebagai pengajar akademik, tetapi juga sebagai pendamping — figur dewasa yang bisa mendeteksi tanda-tanda kesulitan emosional, mendukung anak, serta menciptakan lingkungan belajar yang sehat dan aman.
- Institusi pendidikan perlu membangun budaya open-communication dan empati, agar siswa merasa nyaman berbicara tentang keresahan mereka.
Dengan pendekatan ini, tujuan kami bukan semata meningkatkan kompetensi akademik — melainkan membangun komunitas belajar yang peduli, suportif, dan berorientasi pada pertumbuhan holistik siswa.

Aktivitas dalam Kolaborasi: Pelatihan, Workshop, dan Penguatan Kapasitas
Berbagai rangkaian kegiatan dilakukan dalam rangka kolaborasi ini, antara lain:
- Workshop literasi psikologis: mengenalkan konsep dasar kesehatan mental, tanda-tanda stres atau trauma pada anak/remaja, serta cara mendampingi dengan empati dan kepekaan.
- Pelatihan deteksi dini: bagaimana mengenali gejala emosional atau psikologis pada siswa — perubahan perilaku, masalah konsentrasi, penurunan motivasi, rasa tidak nyaman — agar bisa segera ditangani.
- Diskusi & sharing session antar pendidik dan akademisi: saling berbagi pengalaman menghadapi tantangan di kelas, strategi manajemen emosi siswa, serta membangun lingkungan belajar inklusif dan suportif.
- Perencanaan strategi institusional: membantu sekolah merancang SOP internal terkait kesehatan mental, jalur pendampingan psikologis, serta kerangka kerja kolaboratif antara guru, konselor, dan orang tua.
Melalui kegiatan-kegiatan ini, PGSD ISB dan SOA telah menetapkan pondasi untuk memastikan bahwa dukungan psikologis tidak lagi jadi wacana — melainkan bagian nyata dari pendidikan yang berkualitas.
Dampak & Harapan: Membangun Ekosistem Pendidikan yang Sehat dan Peduli
Kolaborasi ini tidak hanya berdampak pada peningkatan kapasitas guru dan staf — tetapi juga membawa harapan jangka panjang:
- Menciptakan sekolah/sistem pendidikan yang lebih manusiawi, di mana siswa — terutama yang punya kondisi emosional atau psikologis — merasa aman, diterima, dan didukung.
- Mengurangi risiko masalah psikologis yang sering diabaikan: stres, kecemasan, depresi, bullying (fisik maupun psikologis), dan alienasi di lingkungan sekolah.
- Mendorong perubahan budaya di sekolah dan institusi pendidikan: dari model “nilai-nilai akademik dulu” menjadi “pertumbuhan holistik dan kesejahteraan siswa sebagai prioritas”.
- Meningkatkan kapasitas guru bukan hanya sebagai pengajar, tapi sebagai pendamping, mentor, dan detektor awal kebutuhan psikologis siswa — sehingga kualitas pendidikan menjadi lebih inklusif dan peduli.
Saya, sebagai bagian dari SOA dan sebagai narasumber dalam kolaborasi ini, sangat optimis bahwa langkah ini bisa menjadi blueprint bagi banyak sekolah lainnya di Indonesia: bahwa pendidikan tidak hanya soal pengetahuan — tapi juga soal menyentuh hati, membangun karakter, dan menjaga kesehatan jiwa anak.
Kesimpulan — Pendidikan + Empati: Kombinasi yang Tak Terpisahkan
Kolaborasi antara PGSD ISB dan SOA membuktikan sesuatu fundamental: bahwa pendidikan sejati tidak cukup hanya mentransfer ilmu. Ia harus juga menyertakan dukungan emosional dan psikologis — aspek yang selama ini sering terabaikan.
Dengan memberikan literasi psikologis kepada guru dan civitas akademika, kita membekali mereka menjadi lebih dari sekadar pendidik: mereka menjadi penjaga amanah, pendengar, dan pelindung bagi kesejahteraan mental siswa. Di tengah dinamika zaman penuh tekanan dan kompleksitas, hal seperti ini menjadi sangat penting.
Jika Anda mau, saya bisa menulis versi ringkas (sekitar 250–300 kata) dari artikel ini agar mudah dibagikan lewat newsletter atau media sosial SOA — supaya lebih cepat dibaca dan diresapi publik. Mau saya kirimkan versi ringkas itu?
Image Source :