Di era digital saat ini, teknologi kecerdasan buatan (AI) seperti ChatGPT telah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari, terutama bagi generasi muda. Banyak remaja kini terbiasa “menyerahkan” proses berpikirnya kepada AI: mencari ide, menulis tugas, bahkan meminta saran untuk masalah pribadi. Namun, kemudahan ini menyimpan tantangan besar, kemampuan berpikir kritis dan daya tahan mental anak bisa menurun drastis jika tidak dilatih.
Otak yang Malas Berpikir
Otak manusia seperti otot: semakin sering dilatih, semakin kuat. Namun jika terus-menerus disuapi jawaban oleh AI, kemampuan otak untuk menganalisis, mengevaluasi pilihan, dan memecahkan masalah bisa melemah.
Kebiasaan mengandalkan AI untuk semua hal membuat remaja jarang mengalami proses struggling atau berpikir mendalam. Padahal dalam kehidupan nyata, tidak semua masalah punya jawaban instan. Masalah sosial, karier, dan relasi membutuhkan kemampuan mengambil keputusan berdasarkan logika, nilai, dan intuisi. bukan hanya hasil rekomendasi algoritma.
Jika dari remaja sudah terbiasa outsourcing thinking ke AI, maka ketika dewasa, mereka akan lebih mudah goyah, bingung, dan ragu mengambil keputusan penting dalam hidupnya.
Mental Rapuh di Balik Kenyamanan
Tak hanya otak yang kurang terasah, mental anak-anak zaman sekarang juga rentan rapuh. Banyak dari mereka tumbuh dalam kenyamanan: sejak kecil tidak pernah kekurangan, selalu difasilitasi, dan dilindungi dari berbagai risiko oleh orang tua.
Padahal dalam hidup, resilience (daya tahan mental) adalah kunci. Anak-anak yang tidak terbiasa menghadapi tantangan akan mudah menyerah ketika mengalami kegagalan pertama, patah hati, konflik sosial, atau tekanan kerja.
Bukan berarti orang tua harus membiarkan anak “sengsara”, tapi ada bedanya antara “membantu anak” dan “melindungi berlebihan”. Anak butuh latihan menghadapi realita, bukan sekadar hidup di bawah payung perlindungan orang tua.
Life Skill yang Tak Bisa Diajarkan oleh AI
AI bisa membantu banyak hal, tapi tidak bisa menggantikan proses belajar hidup. Kemampuan untuk menyelesaikan masalah interpersonal, mengelola emosi, menghadapi kekecewaan, hingga beradaptasi saat lingkungan berubah, semua itu adalah life skill yang hanya bisa dibangun lewat pengalaman nyata.
Maka dari itu, penting bagi orang tua untuk mulai mendidik, bukan sekadar memfasilitasi. Berikut beberapa cara membangun daya tahan mental dan kemampuan berpikir anak di kehidupan sehari-hari.

Cara Orang Tua Melatih Life Skill dan Daya Tahan Mental Anak
1. Biarkan Anak Mengalami Kegagalan
Jangan langsung membetulkan tugas anak yang salah. Biarkan ia mencoba, salah, lalu belajar memperbaiki. Dari proses ini anak belajar ketekunan dan tanggung jawab.
2. Latih Anak Membuat Keputusan
Mulai dari hal kecil seperti memilih menu makan siang atau pakaian. Diskusikan konsekuensinya, lalu biarkan anak yang memilih. Ini melatih otak mereka untuk mempertimbangkan dan bertanggung jawab atas keputusan sendiri.
3. Ajak Anak Berdiskusi, Bukan Diceramahi
Saat anak menghadapi masalah, ajukan pertanyaan reflektif: “Menurut kamu, kenapa bisa begitu?”, “Kalau kamu ulang, apa yang akan kamu ubah?” Ini membuat anak berpikir, bukan hanya menerima perintah.
4. Dorong Anak Belajar Mandiri
Ajarkan anak untuk mencari jawaban lewat buku, berdiskusi, dan mencoba sendiri sebelum bertanya ke AI. AI bukan dilarang, tapi jangan jadi jawaban utama.
5. Kenalkan Konsep Ketahanan Mental (Resilience)
Bicarakan tentang tokoh-tokoh yang bangkit dari kegagalan, ajarkan bahwa menangis atau kecewa bukan tanda lemah. Tapi yang penting adalah bangkit kembali dan terus berusaha.
Penutup: AI Boleh, Tapi Jangan Lupakan Diri Sendiri
AI adalah alat bantu yang luar biasa, tapi bukan pengganti proses tumbuh kembang. Anak-anak butuh tantangan untuk berkembang, bukan kenyamanan semata. Jika orang tua ingin anaknya tangguh, bisa diandalkan, dan tidak mudah goyah oleh keputusan instan, maka latihan berpikir dan latihan mental harus jadi bagian dari keseharian, bukan sesuatu yang ditunda hingga mereka dewasa.
Karena pada akhirnya, hidup bukan soal siapa yang paling cepat mendapat jawaban, tapi siapa yang paling siap menghadapi kenyataan.
Jika Anda membutuhkan arahan untuk membimbing anak remaja Anda memelihara kesehatan mental Anda, Anda dapat berkonsultasi dengan seorang psikolog atau konselor profesional untuk mendapatkan dukungan dan panduan lebih lanjut. Seorang konselor yang berpengalaman dapat membantu dengan kerahasiaan yang terjamin. SOA juga memiliki pelayanan Individual Counseling serta Family Counseling untuk mendukung Anda dan anak Anda.
Image Source :