Sebagai orang tua, mungkin Anda pernah merasa anak remaja semakin menjauh dan lebih suka berbicara dengan teman-temannya dibandingkan dengan keluarga. Saat diajak ngobrol, mereka hanya menjawab “Iya,” “Nggak tahu,” atau “Terserah.”
Padahal, dulu mereka masih sering cerita tentang segala hal. Kenapa sekarang jadi malas bicara? Apa yang membuat mereka enggan berbagi cerita dengan orang tua?
Sebagai remaja, mereka sedang dalam fase eksplorasi diri. Ini adalah masa di mana mereka mencoba memahami siapa diri mereka, apa yang mereka inginkan, dan bagaimana dunia bekerja. Sayangnya, banyak orang tua yang terlalu banyak bertanya, melarang, atau menghakimi, sehingga anak remaja justru semakin menutup diri.
Jadi, apa alasan remaja malas bicara dengan orang tua? Simak lima penyebab utamanya berikut ini!
- Terlalu Banyak Ditanya Hal yang Mereka Sendiri Belum Tahu Jawabannya
Ortu: “Nanti kamu mau kuliah jurusan apa?”
Remaja: “Nggak tahu.”
Ortu: “Kok nggak tahu? Harus dipikirkan dari sekarang!”
Salah satu kesalahan terbesar yang sering dilakukan orang tua adalah memaksa anak untuk punya tujuan hidup yang jelas, padahal mereka masih dalam fase mencari tahu.
Solusi:
✔ Beri mereka ruang untuk eksplorasi tanpa tekanan.
✔ Jangan menuntut jawaban pasti—lebih baik ajak mereka berdiskusi tentang apa yang mereka sukai.
✔ Gunakan pertanyaan terbuka, misalnya: “Apa yang lagi menarik buat kamu sekarang?” daripada “Kamu mau jadi apa nanti?”
- Setiap Obrolan Berujung pada Ceramah atau Larangan
Banyak remaja malas ngobrol dengan orang tua karena setiap pembicaraan selalu berakhir dengan ceramah panjang lebar.
Contoh:
Anak ingin ikut komunitas skateboard, tetapi ortu malah memberi wejangan panjang tentang risiko cedera dan nilai akademik yang harus diutamakan.
Solusi:
✔ Dengarkan dulu apa yang mereka katakan tanpa langsung memberi nasihat.
✔ Jika ingin memberi batasan, sampaikan secara bijak, misalnya:
- ❌ “Jangan main skateboard! Itu bahaya!”
- ✅ “Aku ngerti kamu suka skateboard, tapi coba pakai pelindung ya, biar lebih aman.”
- Merasa Tidak Dipahami dan Dianggap Sepele
Saat anak menceritakan masalahnya, banyak orang tua yang justru meremehkan atau membandingkan dengan pengalaman mereka dulu.
Contoh:
Anak: “Aku merasa nggak punya teman di sekolah.”
Ortu: “Ah, kamu aja yang kurang gaul. Zaman mama dulu lebih susah!”
Bagi remaja, ini membuat mereka merasa diabaikan dan tidak dimengerti. Akhirnya, mereka memilih untuk tidak bercerita lagi.
Solusi:
✔ Validasi perasaan mereka. Misalnya: “Aku ngerti kok, pasti rasanya nggak enak kalau merasa kesepian.”
✔ Jangan buru-buru memberi solusi—kadang mereka hanya butuh didengar, bukan diceramahi.

- Orang Tua Terlalu Serius dan Kaku dalam Berbicara
Beberapa orang tua selalu mengajak bicara dengan nada serius dan topik berat, seperti “tujuan hidup,” “kesuksesan,” atau “nilai-nilai kehidupan.”
Padahal, bagi remaja, itu terlalu membebani. Mereka ingin ngobrol santai tentang hal-hal ringan yang mereka sukai, seperti film, musik, atau tren terbaru.
Solusi:
Cobalah sesekali ngobrol tentang hal-hal yang mereka minati tanpa membawa topik serius.
Jangan selalu membahas masa depan—biarkan mereka menikmati masa sekarang.
Gunakan humor atau bahasa yang lebih santai agar mereka merasa nyaman berbicara.
- Takut Dihakimi dan Dikritik Berlebihan
Banyak remaja enggan berbicara dengan orang tua karena takut dihakimi atau dianggap salah.
Contoh:
Anak: “Aku suka banget sama musik hip-hop!”
Ortu: “Hah? Itu kan musik yang nggak mendidik!”
Setiap kali mereka berbagi sesuatu, jika respons orang tua selalu negatif atau menghakimi, mereka akan semakin tertutup dan lebih memilih berbicara dengan teman sebaya yang lebih bisa memahami.
Solusi:
✔ Cobalah untuk terbuka terhadap minat mereka.
✔ Jika Anda tidak setuju dengan sesuatu, sampaikan dengan cara yang lebih bijak tanpa langsung menghakimi.
✔ Tunjukkan bahwa Anda mendukung mereka dalam menemukan jati diri.
Kesimpulan: Bangun Hubungan yang Nyaman, Bukan Sekadar Otoritas
Remaja bukan malas berbicara, tetapi mereka memilih kepada siapa mereka ingin berbicara. Jika mereka merasa nyaman dan diterima, mereka akan lebih terbuka. Sebaliknya, jika mereka merasa terlalu banyak dituntut, diceramahi, atau dihakimi, mereka akan memilih diam atau mencari tempat lain untuk berbagi.
Dengan membangun komunikasi yang lebih sehat dan nyaman, anak remaja akan lebih terbuka berbicara dengan orang tua tanpa rasa takut atau canggung.
Jika Anda membutuhkan arahan untuk membimbing anak-anak Anda di masa remaja mereka, Anda dapat berkonsultasi dengan seorang psikolog atau konselor profesional untuk mendapatkan dukungan dan panduan lebih lanjut. Seorang konselor yang berpengalaman dapat membantu Anda dan anak Anda dengan sesi konseling dan kerahasiaan yang terjamin.
Image Source :