Konflik dalam rumah tangga sering terjadi karena perbedaan pendapat, harapan, atau ekspektasi antara dua orang. Ketika emosi tidak terkontrol, tindakan yang diambil bisa menjadi tidak efektif, memperburuk situasi. Menyadari pemicu konflik seperti hal kecil yang menumpuk atau perilaku beracun yang tidak disadari sangat penting. Terkadang, bantuan konselor profesional diperlukan untuk mengidentifikasi masalah yang mendalam.
Menurut teori Thomas-Kilmann, ada empat cara dalam menangani konflik:
1. Asertif
Asertivitas adalah kemampuan untuk menyampaikan pendapat dan perasaan secara tegas dan jelas, namun tetap menghormati pihak lain. Dalam konflik rumah tangga, asertivitas dapat membantu individu mengekspresikan pandangan mereka tanpa menimbulkan perasaan tertekan pada pasangan. Orang yang asertif bisa mendiskusikan permasalahan dengan terbuka dan jujur, sehingga memudahkan pencarian solusi.
2. Kerja Sama (Accommodating)
Dalam beberapa situasi, salah satu pihak mungkin memilih untuk lebih mengalah demi menjaga keharmonisan hubungan. Kerja sama ini melibatkan pengorbanan atau menunda keinginan sendiri untuk memenuhi kebutuhan pasangan. Meski ini bisa memperbaiki hubungan jangka pendek, tetapi jika digunakan secara terus-menerus, tanpa keseimbangan, ini dapat menyebabkan salah satu pihak merasa tertekan atau tidak dipedulikan.
3. Kompromi
Dalam model kompromi, kedua belah pihak berusaha mencapai kesepakatan di mana masing-masing pihak memberikan konsesi. Kompromi sering kali dilakukan ketika kedua pihak memiliki kebutuhan yang sama kuat dan mencoba mencari jalan tengah. Ini bisa efektif, tetapi hasilnya mungkin tidak memuaskan kedua belah pihak sepenuhnya, karena masing-masing pihak harus menyerahkan sebagian keinginannya.
4. Kolaborasi
Gaya kolaborasi adalah cara penanganan konflik yang ideal. Kedua pihak berusaha menemukan solusi yang memuaskan dan menguntungkan kedua belah pihak, dengan bekerja sama untuk menyelesaikan masalah. Dalam pendekatan ini, tidak ada pihak yang merasa kalah, karena solusi yang dihasilkan benar-benar mengakomodasi kebutuhan semua pihak. Kolaborasi memungkinkan pasangan untuk menghadapi masalah dengan lebih terbuka, menghargai perbedaan, dan mencari solusi bersama.

Pentingnya Mengelola Emosi
Salah satu kunci dalam menangani konflik adalah menyadari dan mengelola emosi. Emosi yang tidak dikendalikan dapat memicu reaksi yang merugikan. Sering kali, hal-hal kecil yang diabaikan terus menumpuk dan pada akhirnya meledak menjadi konflik besar. Oleh karena itu, penting untuk menyadari dan mengatasi masalah kecil sejak awal sebelum menjadi beban yang lebih besar dalam hubungan.
Peran Konselor Profesional
Beberapa konflik rumah tangga mungkin berasal dari perilaku beracun atau masalah yang lebih dalam yang sulit disadari. Dalam situasi seperti ini, bantuan dari konselor profesional dapat sangat membantu. Konselor bisa membantu pasangan memahami pola-pola negatif dalam hubungan, serta memberikan panduan dan strategi untuk mengatasi masalah dengan lebih sehat dan efektif.
Jika Anda mengalami konflik dalam rumah tangga Anda dan ingin mendapat arahan bagaimana mengelola konflik rumah tangga Anda dengan sehat dan efektif, janganlah ragu untuk berkonsultasi dengan seorang psikolog atau konselor yang berpengalaman. Seorang konselor profesional juga dapat membantu Anda dengan kerahasiaan yang terjamin.
Image Source: